Rabu, 15 Desember 2010

Cerita Dewasa Pengalamanku Perkosa Tante Sendiri

Cerita Dewasa Pengalamanku Perkosa Tante Sendiri. Kejadian ini terjadi sekitar sebulan yang lalu. Saya berumur 23 tahun baru lulus dari salah satu universitas ternama di Jakarta. Dan saya berasal dari keluarga baik-baik. Kejadian ini dimulai ketika saya menginap di rumah om saya di daerah Bogor. Om saya telah menikah dan memiliki 2 anak lelaki yang lucu (umur 3 dan 5 tahun), serta memiliki istri yang cukup cantik (menurut saya) umurnya sekitar 27 tahun.
Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan tante saya. Ternyata penyakit ‘gatel’ om saya kambuh lagi yaitu sering pergi ke diskotik bersama temannya. Hal tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabuk-mabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam. Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om Pram dan Tante Sis. Cerita dewasa hanya di sexceritadewasa.com

“Brak..” suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar kamar. Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, “Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku.” Dalam hatiku berkata, “Wah ribut lagi.” Om Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobil Timornya dan pergi entah ke mana.
Di dalam kamar, aku mendengar Tante Sis menangis. Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena damprat olehnya (kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku). Tapi aku jadi penasaran juga. Takut nanti terjadi apa-apa terhadap Tante Sis. Maksudku akibat kecewa sama Om Pram dia langsung bunuh diri.
Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Sis. Kuhampiri dia dan dengan pelan.
Aku bertanya, “Kenapa Tan? Om kambuh lagi?”
Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku berdiri di belakangnya. Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Sis mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. Pada saat itu aku belum berpikiran macam-macam. Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Sis mengajak Om Pram, berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Sis. Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). Tetapi Om Pram tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari pada Tante Sis.
Tiba-tiba Tante Sis berkata, “To, Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante. Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke Stardust di Jakarta, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi.” Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran 34). Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.
Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi).
“Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!”
“Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana.”
Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, “Tenang aja Tan, Om nggak bakal macem-macem kok.” (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam).
“Tapi Tante denger dia punya pacar di Jakarta, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella.”
“Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok.”
Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki.
Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya, “To, saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!” Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.
Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku. Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku.
Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang.
“Mau apa kamu To?” tanyanya dengan gugup bercampur kaget.
“Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante”. Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia meronta-ronta, tetapi karena postur tubuhku lebih besar (tinggiku 182 cm dan beratku 75 kg, sedangkan Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya.
“Lepasin Tante, Dito,” suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku. Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku.
Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).
Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang kewanitaannya. “To, jangan To, aku Tantemu tolong lepasin To, ampun, Tante minta ampun”. Aku sudah tidak peduli lagi rengekannya. Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.
“Auuhhh, sakit To, aduh.. Tante minta ampun… tolong To jangan.. lepasin Tante To..” Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam, “Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah masuk ke dalam, saya akan berusaha membuat Tante menikmatinya, tolong Tante sekali ini saja, biarkan saya menyelesaikannya,” bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa.
Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, dan Tante Sis sudah tidak meronta lagi. Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar. Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, “Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar Dito yang menyayangi Tante.” Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.
Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat (mungkin dia sudah orgasme), dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya. Setelah pemerkosaan itu kami hanya diam saja. Tidak berkata apa, hanya diam. Aku sendiri harus ngapain. Tanteku kembali menitikkan air matanya. Dan aku pamit kepadanya, untuk keluar kamarnya, aku terus merenung, mengapa bisa begini.
Itulah kisahku. Sejak kejadian itu hubunganku dengan tanteku menjadi renggang. Aku bingung dengan apa yang harus kulakukan. Sudah sebulan aku tidak lagi ke Bogor, karena ada perasaan malu. Tetapi Tante Sis tidak menceritakan kepada siapapun kejadian ini, dan kadang jika malam aku tidur, selalu terbayang kejadian waktu itu. Ingin rasanya aku melakukan kembali tetapi aku takut. Maaf aku tidak menceritakannya secara vulgar, karena ini terjadi begitu saja.

aku pemuas tante girang



Kehidupan di Ibukota memang lengkap. Sarana pendidikan, olahraga, sampai hiburan, lengkap tersaji. Jika Moammar Emka, menulis dalam Jakarta Under Cover tentang kehidupan malam Jakarta beserta komunitas penghuninya yang menjijikkan, maka akulah salah satu anggota komunitas itu.
Awal dari petualanganku di dunia gelap ibukota berawal saat aku meninggalkan kalimantan dan pindah ke Jakarta di pertengahan tahun 1995. Ayahku yang seorang pejabat teras pemerintah daerah kala itu mendukung niatku yang ingin menikmati pendidikan lebih layak di Jakarta. Biaya hidup dan pendidikanku, tempat tingal yang mewah, Mercy A-Class, semuanya dipenuhi oleh ayahku dengan harapan kelak aku akan menjadi putra daerah yang sukses.
Setelah tiba di Jawa, aku sengaja tidak mengikuti UMPTN untuk menghindari masuk Perguruan Tinggi Negeri. Keinginan untuk menikmati glamornya kehidupan remaja ibukota sepenuhnya, telah mendorongku untuk masuk ke sebuah universitas swasta ternama di Jakarta. Dan benar saja, dengan dukungan tampang dan harta yang lumayan, dalam waktu singkat aku bisa menikmati kehidupan glamor Jakarta. Wanita cantik dan seksi, tinggal aku pilih. Klub-klub malam, diskotik, pub, caf?-caf? elegan di Jakarta menjadi rumah singgahku menghabiskan malam. Jika di Jakarta ada 1000 tempat mesum yang elegan dan bukan ecek-ecek, maka aku tahu 999 nya.
Dunia gelapku
Setelah lama berpetualang di dunia gelap, aku dan teman-teman tertantang untuk menikmati sisi lain dunia itu yang katanya bukan hanya nikmat, tapi juga membawa keuntungan yang lumayan. Pilihanku tidak lain adalah menjadi gigolo. Mungkin orang menganggap aktifitas yang aku lakukan itu untuk mengeruk materi. Benar juga, sih. Karena untuk praktek short time saja, aku membandrol diri minimal Rp. 250 ribu untuk sekali kencan. Tapi itu bukan alasan utamaku mengingat kucuran dana dari orangtuaku sudah sangat lebih dari cukup. Yaa, have fun dan cari pengalaman saja, pikirku saat itu.
Setiap malam, aku habiskan untuk melayani para tante girang. Bahkan, sempat salah seorang pelangganku rela menelpon di saat aku sedang kuliah hanya demi memuaskan nafsu bejatnya. Dari mereka pula aku mendengarkan berbagai macam kisah pilu yang mereka alami. Menikah di usia muda akibat salah pergaulan, menikah hanya karena godaan harta, bahkan ada juga yang sempat digagahi oleh ayah kandungnya sendiri. Di satu kesempatan, aku sempat melayani nafsu bejat seorang tante dan anak perempuannya dalam satu sesi kencan, na’udzu billahi min dz?lik.
Azab itu datang
Hampir satu tahun aku terlibat di dunia gigolo, aku sudah bisa membeli sebuah mobil, rumah mewah, dan banyak lagi. Namun itu semua harus dibayar mahal. Satu hari, aku mendapati tubuhku kejang-kejang, flu berat, dan badan ini seolah tak bernyawa lagi. Aku lemas, dan terkulai di atas tempat tidur.
Hampir dua bulan aku di atas tempat tidur, tidak ada kemajuan yang aku dapati. Atas saran seorang pembantuku, akhirnya aku dibawa ke rumah sakit. Pukulan terburuk dalam kehidupanku akhirnya datang. Aku mengidap HIV! Aku tak percaya!, Alat kontrasepsi yang selalu aku kenakan, dan sangat aku percaya dapat menahan serangan virus itu ternyata palsu. Muncul dalam benakku, aku ingin mengakhiri hidup ini.
Bayangan orangtua di kampung sana, masa depan yang aku impi-impikan, semuanya sirna sudah. Suatu malam, aku sempat ingin mengakhiri hidup dengan menyayat nadi pergelanganku. Tapi pembantuku keburu mengetahuinya. “Istighfar. Istighfarlah, baru kena penyakit begitu saja sudah ingin bunuh diri. Tenang Mas, tenang. Allah yang mengatur hidup-mati seseorang”, begitu katanya.
Sempat satu kali aku bersusah payah datang ke kampus. Namun, Semua teman dekat yang sangat aku percaya pergi menjauh dariku. Mereka mengejekku, “sampah, sampah, dan racun kehidupan”. Aku menangis, tak ada lagi orang yang mau mendekatiku. Aku mencari orang pintar yang mungkin dapat menyembuhkan penyakitku ini. Entahlah, sudah berapa banyak dukun yang aku temui. Tapi tetap saja, tidak ada kemajuan. Meskipun aku terus mencari solusi, tapi aku tetap tersudut. Aku pikir, tak lama lagi aku akan mati.
Hidayah yang datang dua kali
Berkat anjuran pembantuku, Pak Jamil, aku mulai mencoba memaksakan diri untuk sholat. Padahal, Al Fatihah saja aku sudah lupa. Pak Jamil mulai membimbingku, sedikit demi sedikit akhirnya aku bisa sholat. Bahkan akhirnya aku bisa menangisi diri ini yang sudah sangat jauh dari jalan-Nya.
Namun, aku mengenal Islam hanya baru sebatas ritual saja. Pandanganku terhadap dunia mistik, dukun, paranormal, dan kyai-kyai ‘pintar’ tetap tidak bisa hilang. Aku masih mencari seorang ahli yang bisa menyembuhkanku. Tapi tetap saja aku belum puas.
Di sebuah masjid di kawasan Depok, aku sempat membaca sebuah pamflet acara yang diadakan masjid tersebut. “ah.., kesempatan baik siapa tahu ustadz yang menjadi pembicara nanti bisa membantu”, begitu pikirku.
Akupun menghadirinya. Acara demi acara aku ikuti, tapi nggak ada yang nyangkut di kepalaku. Tiada Islam tanpa syari’at, Islam solusi kehidupan, “ah, apa pula itu? Kejauhan dan nggak nyambung dengan kebutuhanku..” Tapi demi mencari solusi bagi penyakitku, aku terus mengikuti acara itu sampai selesai. Dan alhamdulillah, di akhir acara aku berani juga mendekati dan menceritakan maksudku. Ustadz itu bisa mengerti, namun karena saatnya tidak tepat, aku tidak bisa bicara banyak. Kami pun akhirnya membuat janji untuk bertemu di suatu tempat dan meneruskan obrolan yang belum selesai.
Dari hasil obrolanku dengan ustadz tersebut, memang tidak ada solusi yang real bagi penyakitku. Tapi ada satu yang berbeda, dan itu mendasar dan selalu memancingku untuk terus berdiskusi dengannya. “Janganlah kamu dekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk..” ayat al-Qur’an itu selalu aku ingat dengan baik. Zina memang perbuatan yang kejam dan jalan yang buruk. Aku telah membuktikannya.
Dan kini, aku sudah tidak memikirkan lagi sisa umur yang aku miliki. Keinginanku untuk menikah pun telah aku kubur dalam-dalam. Yang aku pikirkan kini adalah bagaimana sisa usia yang aku miliki, dapat aku manfaatkan sebaik-baiknya.? Terus mengkaji Islam dan berbaris dalam barisan pemuda yang terus berupaya agar Islam kembali menjadi ideologi dunia dan menyatukan negeri Islam dalam naungan Khilafah Islam serta terus menyebarkan Islam dengan dakwah dan jihad. Semoga Allah mengampuni dosa-dosaku yang telah lalu

Janda muda beranak satu

dear all perkenalkan saya Tiwi saya janda muda beranak satu, umur saya 22 tahun dan baru saja bercerai dengan suami saya kerana saya sudah ga tahan sikap dan perlakuan suami saya yang suka keras kepada saya dan menganggap saya seperti pembantu gitu dirumahnya, mantan suami saya sangat kasar sehingga saya memutuskan untuk hidup sendiri saja tanpa dia!ok saya akan jelaskan mengenai ciri pisik saya bentuk wajah imoet sehingga saya masih keliatan seperti anak ABG SMU, kulit putih langsat plus mulus dan memiliki ukuran payudara lumayan gede, senyum yang mengoda dan bentuk bokong yang sesuai dengan bentuk body saya trus rambut panjang terhurai walaupun disaat2 tertentu saya mengunakan jilbab untuk menutupi rambut saya!
tante tiwi yaitu Janda muda beranak satu ini sangat butuh kasih sayang dari seorang sosok suami yang diidam idamkannya, seiring waktu berjalan nantinya sang anak pasti akan membutuhkan sosok seorang ayah! ada yang berminat mengawini janda muda beranak satu ini?? kasian banget janda muda ini dia harus nyari kerja sendiri untuk membiayai anaknya yang masih berumur 2 tahun ini, dia bekerja sambil mengendong anaknya kemana-mana! si janda ini sekarang sangat membutuhkan uang  dan dia sedang jablay lho adakah dari kalian pengunjung blog tantejanda.com ini nantinya yang bersedia menjadi ayah dari anak tersebut sekaligus menjadi istri dari janda muda cantik nan seksi itu, segera daptarkan diri anda dibawah ini cantumkan nama dan alamat email yang bisa dihubbunggi oleh janda diatas!
janda tiwi sangat butuh belaian dan kasih sayang sebab sudah lama menjadi jablay dia sangat membutuhkan sosok suami baik dan pengertian untuk menyanyanggi dia dan anaknya!ayoooo buruan cari cewek dapat bonus anak!hehehe janda dan anak tersebut sudah jadi 1 paket dan tidak bisa dibeli terpisah!hohoho…udah kaya jualan barang aja nich gw!seriusss nich cepetan comment dibawah ini bila kalian suka akan sosok janda tersebut!siapa cepat dia dapat!

arisan tante girang

Cerita panas tante girang ini awal mula tante girang ini hanya sorang yang baik dan dia selalu santun dan patuh terhadap suaminya,dan karena suaminya jarang pulang di rumah dan selalu sibuk rapat di luar, tante girang yang bernama (risma)ini pernah juga mempergoki suaminya bersama wanita lain memang sih wanita yang dibawah suaminya masih ABG cantik dan sexy. Ini membuat tante risma sangat terpukul atas berbuatan suaminya,dan membuat tante risma ingin sekali cerai tetapi tante risma kasihan terhadap kedua anaknya yang masih umur 12 dan 10 tahun ini dan ini membuat kisah menjadi cerita panas tante girang.

Tante risma ini kurang di kasi perhatian sama suaminya, yang mana suaminya menjadi om-om mencari gadis ABG, tente risma tidak pernah lagi di belai bisa dikatakan jablai dan ini membuat tante risma sangat kesepian hingga suatu saat tante risma ini diajak teman-temanya untuk mengikuti arisan, sebenarnya tente risma ini tidak mau tetapi teman-temanya memaksa dan akhirnya tante risma mengikuti kemauan teman-temannya untuk mengikuti arisan.

Dan keesokan hari tante risma di jemput temanya untuk mengikuti arisan dirumah ibu hartatik, dan hingga sampai di tempat rumah ibu hartatik ini sudah banyak sekali ibu-ibu berkumpul, dan untuk biaya arisan perbulan sekitar RP 10.000.000 ("ya maklumlah kaum elit")dan tiap 5 bulan akan menarik arisan tetapi dengan cara di undi atau kocok, dan sebelum di undi pasti ada pertunjukan yang sangat membuat ibu-ibu atau tante girang ini sangat bergairah dengan di datangkan striptis pria yang mana masih ABG dan jumlahnya 10 pria yang di datangkan, dan siapa yang akan mendatakan arisan ini nantik akan di layani dengan 10 striptis yang siap boking room di hotel yang di sediyakan dan yang dapat arisan ini akan mendapatkan service yang sangat memuaskan pastinya.

Dan untuk pria striptis ini di datangkan dengan calo yang sudah terpecaya. Dan untuk bayaran utuk panggilan satu orang mendapatkan tiga juta, untuk tiap short time mereka.

Mengenal Orientasi Seksual Remaja Puteri 18 Mei 2005 12:38

Setelah menerbitkan dan meluncurkan novel Sepasang Remaja Lesbian Di Persimpangan Jalan, saya menerima banyak pertanyaan apakah cerita itu diangkat dari kisah nyata atau hanya fiksi belaka.
Sebenarnya saya hampir lupa dari mana saya mulai terinspirasi, sampai seorang pembaca di Jakarta ingin menjadikan novel ini sebagai bahan skripsi, saya terpaksa mengingat-ingat kembali.
Memang selain terinspirasi oleh kehidupan nyata beberapa teman saya sangat terbantu dengan riset yang dilakukan Saudara Poedjiati Tan. Dari beliaulah saya mengetahui banyak tentang kehidupan remaja lesbi, sisi-sisi kejiwaan, perjuangan, dan lika-liku kehidupan mereka. Dan pengetahuan inilah yang memberi nafas kepada tokoh-tokoh lesbi di dalam novel saya itu. Hasil risetnya itu kini telah diterbitkan sebagai buku saku.
Berikut ini adalah komentar seperti dapat ditemukan di sampul belakang buku ini;
Saya yakin buku ini akan memberikan sedikit ketenangan kepada orangtua yang anaknya ternyata lesbi, mungkin juga kepada para lesbi sendiri. Sudah tidak zamannya lagi orangtua maupun lesbi seperti burung onta membenamkan kepalanya di pasir tidak mau tahu keadaan sekitar. Dengan begitu sedikit makin baiklah kehidupan kemanusiaan kita. Semoga!
Dédé Oetomo, PhD
• Pendiri dan Anggota Dewan Pembina, Yayasan GAYa NUSANTARA
• Dosen Tetap Khusus, Program Pascasarjana, Universitas Surabaya
“Tidak mudah menghadapi kenyataan bahwa seseorang mengalami orientasi seksual yang berbeda dengan kebanyakan masyarakat.  Deteksi dini  orientasi seksual lesbian ini secara sederhana diuraikan penulis dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam. Buku ini juga memberi perspektif sikap yang perlu dikembangkan orangtua agar tidak terjebak pada konflik berkepanjangan bila menghadapi kenyataan bahwa anak yang dilahirkan memiliki orientasi seksual lesbian”Dra. Ratna Eliyawati, Msi Dosen & Praktisi Psikologi.
Orang tua manapun akan berharap anak-anak mereka menjadi orang yang paling baik menurut ukuran mereka sendiri dan juga ukuran masyarakat pada umumnya. Dapat dipastikan bahwa tidak ada orang tua yang akan berharap melahirkan anak dengan orientasi homoseksual. Jika anaknya laki-laki mereka ingin dia menjadi pria yang gagah, dan kelak menjadi penerus garis keturunan. Demikian pula halnya jika anaknya perempuan, mereka berharap dia menjadi wanita yang cantik-jelita luar dalam, dan kelak mendapatkan suami yang baik. Bagaimana dengan orang tua yang tidak seberuntung itu? Puterinya ternyata seorang lesbi? Apakah semua harapannya harus sirna? Tindakan apa yang harus mereka ambil jika dihadapkan pada situasi demikian? Dalam buku ini Poedjiati Tan mengajak kita memahami apa itu lesbian, dan bagaimana orang tua dapat bertindak secara bijaksana menghadapi anaknya yang lesbian. 
Ernest J. K Wen
Editor
Buku ini wajib dibaca karena tidak saja mengungkapkan dunia lesbian remaja secara menarik tapi juga berisi tip-tip yang bermanfaat buat para orangtua dan pendidik, contohnya saya kutip seperti berikut ini:
Sejauh ini kita sudah membahas banyak hal mengenai lesbian, mungkin sudah saatnya Anda mengetahui apa yang dapat diperbuat orang tua yang mempunyai anak perempuan berorientasi seksual lesbian demi masa depan dan kebahagiaan sang anak. 

Dunia lesbi di kota Solo Cowok terasa hambar dan tak nyaman

SUNGGUH tidak mudah menelusuri kehidupan kaum lesbian di kota Solo. Bukan saja dunia mereka tertutup rapat bagi orang luar, tapi juga ada sebagian yang enggan kehidupannya diketahui orang luar. Meski demikian, Wawasan mendapatkan kesempatan berbincang dengan beberapa anggota komunitas lesbian, kendati namanya minta disamarkan. Perempuan muda berusia 23 tahunan ini bersandar di salah satu kursi sembari menceritakan dunia lesbian yang diterjuninya. Dia menceritakan seluk-beluk dunianya sembari sesekali menyedot rokok di jemarinya dalam-dalam. Hilda tak tahu mengapa di dalam jiwanya menyukai sesama jenis, itu bukan karena kecewa dengan cowok. Sejak kecil perasaan itu sudah hinggap di jiwanya dan berkembang hingga sekarang.
Dalam perjalanan waktu Hilda bertemu dengan Maya yang sudah lebih senior  dalam hal pengalaman di dunia lesbian. Dari Maya dia mengenal beberapa istilah di kalangan lesbian. Dia memisalkan ”belok” (tidak lurus atau menyimpang) yang sama artinya dengan lesbian, lebay, maupun lesbong yang merupakan istilah bagi perempuan penyuka sesama perempuan.

Menurut Hilda di dunia belok, selain butchy juga ada femme dan andro. ”Kalau femme itu ceweknya, dan andro itu di antara butchy dan femme, jadi dia bisa jadi butchy dan bisa juga jadi femme tergantung orientasinya aja saat berhubungan intim,” cerita mahasiswi di satu perguruan tinggi swasta di Solo ini.

Dia juga ngomong, biasanya penampilan butchy itu lebih mudah ditebak bahwa dia adalah seorang lesbian. Sebab, butchy biasanya tampil macho alias jantan dan tomboy.
Butchi yang femmeLihat saja Ega, rambutnya pendek, mengenakan celana jeans, kaos oblong dan tanpa make-up sedikit pun di wajahnya plus sebatang rokok yang tak tinggal di jarinya. ”Ah, penampilanku sebenarnya sudah agak berubah dari yang dulu. Kalau dulu aku memang butchy abis. Sekarang agak terlihat femme-lah sedikit. Meski orientasinya tetap butchy,” kata dia sembari melempar senyum genit.

Menurut dia untuk cewek lesbian yang eksklusif, biasanya butchy-nya itu ber-casing (penampilan) femme.

”Banyak di Solo ini yang dia butchy tapi karena tuntutan profesi dan pekerjaannya dia itu wajib berpenampilan femme. Jadi butchy ber-casing femme-lah. Tapi orientasi seksnya tetap saja butchy,” terang Hilda.

Di kota ini komunitas lesbian ini pun menurutnya terbagi dua kelas. Ada lesbian ekslusif dan ada lesbian kereak (urakan). ”Kalau lesbian eksklusif, jarang mereka kumpul-kumpul di kafe-kafe dan warkop, tapi kalau lesbian kereak dunia mereka itu di Kafe Teladan dan Warkop Harapan, kalau pacaran terlihat terang-terangan terus kalau malam dugem-lah," jelas Hilda yang lahir dari keluarga baik-baik.
Hilda sendiri mengaku jarang kumpul-kumpul dengan komunitas lesbian. "Aku jarang ngumpul. Malas aja, karena sibuk kuliah, lagian kalau gabung dengan lesbian kereak sering gak nyambung. Mereka suka mengejekku sok intelek. Jadi paling, kumpul dengan beberapa kawan-kawan lesbian aja yang enak diajak ngobrol," ungkap dia sembari menyilangkan kakinya yang panjang. Dia juga menunjukkan beberapa orang butchy yang terdapat di warung kopi itu. "Lihat tuh, mereka nggak punya kerja, tapi banyak yang tinggal bersama dengan femme maupun andro-nya. Mereka hidup di indekosan. Parahnya, karena gak ada kerjaan, mereka ada juga loh yang sama-sama jual diri. Butchy-nya jual diri, ceweknya (femme atau andro)-nya juga jual diri dengan lelaki hidung belang. Itulah kehidupan mereka," ungkap dia.
Beda jauh dengan lesbian eksklusif. Biasanya, kalau lesbian eksklusif itu punya kerjaan, punya profesi sehingga tidak banyak waktu untuk kumpul-kumpul. Paling kalau mau lagi hang out mereka itu memilih ke mal-mal, ke night club ternama maupun berkaraoke. Dan biasanya setahun sekali mereka gelar gathering. "Aku pernah diajak gathering tapi enggak pernah mau ikut. Selain malas ngumpul, kekasihku juga nggak di sini. Kan basi nggak bawa kekasih ke acara gathering," ujar Hilda yang mengaku pernah pacaran sama cewek kurang lebih 31 orang ini. Dia sendiri, saat ini mengaku memiliki kekasih (partner) bernama Cindy yang tinggal di luar kota.
Ketika ditanya awalnya menjadi lesbian. Dia menyebutkan titik balik kehidupannya berawal setelah tamat SMA. Ketika itu seorang teman cewek tiba-tiba saja menciumnya. "Rasanya beda gitu. Setelah itu aku jadi belok hingga sekarang," kata wanita ini. Begitupun, Hilda menyatakan kalau bakat menjadi lesbian itu sudah ada sejak dirinya masih kecil. "Dari TK aku memang suka melihat guru cewek yang cantik, jadi memang dari kecil aku udah suka ama cewek," cerita dia.
Begitu pun Hilda mengaku pernah pacaran dengan cowok. "Dikenalin orang tua. Tapi rasanya hambar dan aku gak nyaman aja bersamanya. Sebab, yang mengerti perempuan itu kan perempuan sendiri," ujar Hilda lagi-lagi sambil tersenyum.
Ketika disinggung, sulit tidak mencari pasangan lesbian. Ega malah mengatakan hal itu sangat gampang. "Cewek lesbian itu sama-sama punya insting. Jagi gampang kok. Pun begitu ada juga cewek straight (normal) yang aku ajak jadi belok," kata dia dengan tawa yang berderai. Reko Suroko-pu

Minggu, 28 November 2010

Rahasia Gadis Malam

Dia tampak begitu anggun dengan kemeja biru muda dan celana panjang hitamnya pagi ini. Mataku tak pernah lepas memandang wajah sumringah gadis asli Yogyakarta yang saat ini kuliah satu kampus denganku. Tepatnya dia adalah adik tingkatku. Sejak awal dia masuk kuliah, aku sudah tertarik padanya. Entah kenapa, gadis itu merebut perhatianku dengan sikapnya yang lebih sering diam daripada bicara pada orang lain.

Wini Adiarti. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan Wini. Nama itu pun kuketahui dari teman-temanku sebelum dia mau menerima uluran tanganku saat kuajak berkenalan. Dingin, sedikit aneh, namun penuh daya tarik, itulah pandanganku tentangnya diawal perkenalan. Dapat kurasakan ada sejuta misteri tersimpan dalam diri gadis itu. Dan saat ini, aku telah sedikit menemukan jawabannya.

***

“Wini tidak seperti gadis pada umumnya. Dia bukan gadis baik-baik. Lebih baik kau pikirkan lagi sebelum terlanjur jauh berhubungan dengannya."

Anto, teman dekatku di kampus, lagi-lagi mengatakan hal yang sama untuk kesekian kalinya. Ini sudah ketiga kalinya ia bicara begitu tentang Wini. Ya. Sejak kukatakan kalau aku jatuh cinta pada Win.

“Itu kan baru omongan anak-anak, To. Kita sendiri nggak tahu kebenarannya."

"Matamu benar-benar tertutup sama yang namanya cinta."

Aku mengangkat bahu sambil menyeringai ke arah Anto. Dia cuma mendesah kesal melihat sikapku. Ngotot! Itu istilah Anto untukku.

"Apa kamu sudah membuktikannya sendiri, To?"

"Ha? Maksudmu?"

"Ya....apa kamu pernah lihat sendiri Wini melakukan pekerjaan itu?"

"Belum sih. Tapi Fendy, playboy kelas kakap itu katanya pernah merasakannya langsung."

"Ah! Merasakan apa?"

"Tingkah liar Wini." Anto diam sejenak. "Fendy kan pernah pacaran sama dia. Kalau mau tahu persis, tanya aja sama Fendy."

"Tapi kalau cuma gara-gara Fendy, ya nggak bisa jadi bukti untuk memvonis Wini melakukan pekerjaan itu kan?"

"Eh, mas, anak-anak sudah tahu semua soal pekerjaan Wini. Atau kau langsung saja cari tahu dari Wininya sendiri."

" Gila kamu!"

Kutinggalkan Anto untuk masuk kuliah. Kulihat ia masih cengar-cengir nggak karuan.

****

Di ruang kuliah pikiranku melayang pada Wini. Berjuta pertanyaan menyesaki pikiranku siang ini. Kadang aku merasa risih juga kalau mengingat pekerjaan Wini seperti apa yang dikatakan anak-anak di kampus. Serendah itukah Wini? Menjadi seorang wanita penghibur yang keluar tiap malam untuk melayani para lelaki hidung belang dan bertangan nakal. Jika memang benar, apa alasan Wini hingga mau melakukan pekerjaan haram itu. Aku tak habis pikir. Memuakkan. Mengapa gadis yang kucintai harus menjadi seorang wanita tuna susila. Menyedihkan. Tapi itu belum tentu benar.

Hatiku mencoba mencari keyakinan positif tentang Wini. Kulihat selama ini Wini adalah sosok gadis yang ramah, baik hati, walau sedikit tertutup mengenai kehidupannya. Sesaat terdorong juga diriku untuk mencari informasi dari Fendy.

****

"Hahahaha...gadis itu? Memang bener, Gung. Wini bukan gadis baik-baik. Dalam diamnya tersimpan sebuah keliaran yang mengimpikan sejumlah materi."

"Materi?" Aku tak mengerti arah pembicaraan Fendy.

"Iya. Gadis itu cuma ngejar uang. Dia memberikan tubuhnya demi uang."

Badanku gemetar mendengar kata-kata Fendy barusan. Jadi benar...

"Bagaimana kamu bisa tahu, Fen?"

Aku harus tahu semua. Aku harus tahu ada rahasia apa pada diri gadis yang kucintai itu. Saat ini aku merasa menjadi orang bodoh yang tak tahu apa-apa.

"Waktu aku ajak Wini ke pantai, dia mau saja. Di sana, di dalam mobilku, aku mulai menyentuhnya."

"Terus?"

"Aku cium dia. Pipinya, bibirnya. Aku nggak nyangka Wini bersikap biasa saja saat itu. Seolah dia telah berpengalaman lebih dari aku."

"Hem..." Aku cuma bisa menggumam.

"Lalu aku buka baju dan kutangnya. Kuremas payudaranya. Gila! Gadis itu seperti sengaja menyodorkan tubuhnya untukku. Terakhir, dia malah minta bayaran padaku."

Aku tak tahan lagi mendengar semua ini. Menjijikkan! Gadis murahan!
Makiku dalam hati. Kutahan Fendy meneruskan ceritanya. Bagiku semua sudah
cukup. Sekarang aku hanya ingin menyendiri. Sendiri!

****

Hari-hari berlalu seperti biasanya. Tapi hubunganku dengan Wini malah semakin dekat. Kami sering ngobrol berdua baik di dalam ataupun luar kampus. Kusadari kalau teman-temanku kurang suka dengan sikapku ini.

Namun jujur aku sendiri tak bisa menghilangkan rasa rindu dan cintaku pada Wini setiap hari. Seperti sore ini di kos Wini. Ironisnya kulihat Wini juga menunjukkan sikap jatuh cinta padaku. Walaupun setelah sekian lama kami begitu dekat, aku tetap tak berhasil membuat gadis itu terbuka padaku mengenai kehidupan pribadinya.

Malam ini, aku merasa sangat pusing dengan perasaanku sendiri. Aku tak sanggup menahan rasa cintaku pada Wini. Harus kuungkapkan malam ini juga! Batinku memaksaku melangkahkan kaki keluar menuju kos Wini.

Sesampai di kos Wini, aku tak menjumpai gadis itu.

"Keluar, mas. Dari jam 8 tadi." Kata seorang teman kos Wini yang membukakan pintu.

Aku segera berangsur pergi tanpa pikir panjang lagi. Akhirnya dua roda motorku melaju sepanjang jalan-jalan kota Yogya tanpa ada arah tujuan yang pasti.

Di sebuah jalan sepi di pinggir kota, kulihat Wini sedang berdua dengan seorang lelaki yang mungkin lebih cocok disebut pamannya. Mereka keluar dari sebuah mobil sedan putih dan kulihat Wini berdiri bersandar pada mobil itu. Lelaki itu mendekatinya dan memeluk erat tubuh Wini tanpa ragu-ragu. Serentak wajah sumringah milik Wini terhujani ciuman penuh nafsu dari lelaki itu.

Aku mau muntah melihatnya. Darahku memanas naik ke sekujur tubuhku. Nafasku mengalir tak beraturan. Apa-apaan ini? Aku benar-benar tak ingin mempercayainya.

Tak lama kemudian mereka berjalan masuk ke rumah kecil yang tak berada jauh dari tempat lelaki itu memarkirkan mobilnya. Tangan lelaki itu melingkari pinggul Wini dengan mesra sambil sesekali mencumbui Wini yang tampaknya sangat lihai meladeni lelaki itu. Lalu mereka berdua hilang dari pandanganku. Aku tak berani mendekati rumah itu. Aku tak berani membayangkan apa yang akan mereka lakukan di dalam rumah itu. Atau aku tak ingin mengakui semua yang telah kulihat ini? Entahlah. Lebih baik aku pulang.

Kendaraanku melaju kencang menabrak hembusan angin malam yang terasa sangat dingin menusuk tulang rusukku. Sepanjang jalan pikiranku teringat pada sosok gadis pendiam yang selama ini membangun taman bunga cinta di hatiku.

* * * *
Ini adalah hari ke empat sejak aku melihat kejadian di jalan sepi itu. Aku jarang menemui Wini lagi. Tapi sore ini aku sudah berada duduk di kursi ruang tamu rumah kos gadis itu. Kurasa aku harus menanyakan semuanya pada Wini. Hari ini gadis itu harus membuka semua dengan jujur di hadapanku. Aku tak perduli hal-hal lain selain kejelasan mengenai diri Wini.

"Jadi kamu sudah tahu semuanya?"

Suara Wini tampak bergetar takut saat mendengar ceritaku yang melihatnya berdua dengan lelaki bermobil sedan itu."

"Ya! Dan aku ingin tahu ada hubungan apa kamu dengan laki-laki itu?"

"Aku tak bisa menjawabnya."

"Tapi kamu tetap harus menjelaskannya padaku saat ini juga."

"Bukankah kamu sudah dengar dari semua yang dikatakan anak-anak kampus selama ini tentangku?"

"Aku mau dengar dari mulutmu sendiri, Win."

Gadis itu hanya diam dan diam sambil menundukkan kepalanya.

"Win, apa kamu tidak tahu kalau aku mencintaimu? Aku ingin tahu tentangmu tanpa ada rahasia apapun di antara kita."

"Maafkan aku."

"Win, apa kamu juga punya perasaan yang sama terhadapku?"

Wini menganggukkan kepalanya. "Ya, aku pun mencintaimu." Suaranya terasa gamang menjawab pertanyaanku.

Ada sedikit rasa bahagia di hatiku mendengar jawabannya.

"Baiklah. Lalu siapa laki-laki itu, Win? Apa semua yang dikatakan anak-anak kampus itu benar? Apa kamu memang seorang wanita...." Aku tak ingin meneruskan kata-kataku. Sungguh menyebut kata-kata itu pun aku sudah merasa risih.

"Iya. Semua itu benar. Aku memang wanita penghibur."

Aku kaget setengah mati. Wini, gadis muda belia yang cantik dan baik hati, yang selama ini memenuhi mimpi-mimpi malamku, ternyata memang benar melakukan pekerjaan haram dan murahan itu. Mendadak rasa cintaku luntur terkikis sedikit demi sedikit dalam kalbuku. Aku kecewa. Sangat kecewa.

"Kenapa kamu sampai melakukan pekerjaan itu, Win?" Aku tak tahu kenapa aku bertanya hal ini pada Win.

"Aku terpaksa. Aku butuh uang untuk membayar biaya kuliahku. Juga menanggung biaya hidup keluargaku di desa."

Masih banyak lagi yang dikatakan oleh Win. Tapi aku tak begitu memperhatikan. Aku tahu ia punya alasan yang cukup masuk akal. Meskipun itu alasan klasik. Aku lebih merasa bingung melihat tubuh Win yang semakin bergetar kencang di depanku. Tampak sekali kalau gadis itu begitu rapuh dan tak kuat menghadapi sikapku. Seolah ia merasa sangat bersalah padaku. Sedang aku sendiri tak tahu harus berbuat apa.

Memeluknya? Bahkan jiwaku seperti melarangku untuk menyentuh gadis itu. Aku pusing. Sebersit rasa sedih dan bersalah menggayuti batinku. Begitu teganya aku
menghakimi seorang gadis belia yang telah mempunyai kesulitan hidup yang begitu rupa. Yang sebenarnya ia juga ingin mempunyai kehidupan normal seperti gadis-gadis lainnya. Betapa jahatnya aku. Ini sangat tidak adil bagi Wini.

"Lebih baik aku pulang."

Akhirnya aku memecah keheningan kami berdua. Hari sudah makin malam. Aku ingin segera sampai di kosku.

"Agung, aku sungguh mencintaimu." Wini berkata dengan pelan sekali sebelum aku meninggalkan teras rumahnya.

"Maafkan aku, Win."

Tak ada lagi yang bisa aku lakukan di sini. Aku harus menenangkan pikiran dan perasaanku sendiri.

****

Sudah hampir sebulan aku tak bertemu dengan Wini di kampus. Aku pun tak pernah lagi mencoba menemuinya di kosnya. Aku sudah terlanjur kecewa. Aku tak bisa menerima pekerjaan yang dilakukannya selama ini. Teman-temanku di kampus pun tak ada yang tahu tentang keberadaan Wini. Wini seolah tenggelam di kampus kami. Berita dan omongan-omongan miring tentangnya pun tak terdengar lagi. Sepi.

Sampai suatu hari salah satu surat kabar memberitakan tentang kematian seorang wanita tuna susila yang terbunuh secara mengenaskan. Bulu kudukku meremang saat kubaca jati diri wanita yang meninggal itu. Inisial WA, berusia 22 tahun. Seluruh tubuhku lemas seketika. Setelah kutanyakan pada pihak berwajib mengenai tanda pengenal wanita itu, yakinlah aku bahwa gadis itu adalah Wini. Aku hanya terdiam menatap berita di koran itu. Kenapa bisa jadi begini,Win?

Esok harinya, ada seorang teman kos Wini yang datang menemuiku. Ia membawa sebuah surat yang katanya dititipkan Wini seminggu sebelum kejadian pembunuhan itu. Aku sedikit ragu menerima surat itu.

Kubaca isi lembaran surat dari Wini dengan perlahan. Semakin aku merasa bersalah pada gadis itu. Ingin aku meminta maaf padanya atas apa yang telah aku lakukan sebulan lalu. Saat aku menghakiminya dengan begitu menyakitkan. Sementara aku tak punya hak apa-apa untuk memintanya menjelaskan semua kehidupan pribadinya.

"Agung, aku bahagia bisa dekat denganmu. Dan aku senang kau tidak begitu saja mempercayai omongan teman-teman tentang aku. Aku percaya kalau kau benar-benar mencintaiku. Maafkan aku, Gung. Karena selama ini aku tidak terbuka padamu. Tapi terakhir aku bicara padamu, membuka semua aib diriku, kulakukan semata karena cintaku padamu. Jujur, Gung, aku juga mencintaimu. Namun aku tak berani memintamu melanjutkan cintamu sejak kau tahu tentang pekerjaanku itu. Aku sadar, gadis sepertiku tak berhak merasakan ketulusan cintamu. Kamu terlalu baik untukku. Semoga kamu mendapatkan gadis lain yang mencintaimu dengan keanggunan yang
sesungguhnya. Aku hanyalah gadis malam. Kehadiranku di dekatmu hanya akan membuat malam-malammu berubah kelam....."

Kulipat surat dari Wini dengan hati galau. Seiring kututup kisah cinta singkatku dengannya. Terbayang lagi wajah sumringah yang selalu ditemani bibir mungil yang terkunci rapat.

Selamat jalan, gadisku. Selamat malam, gadisku.

Kujatuhkan tubuhku di kasur kamarku. Aku lelah. Kuharap malam ini aku bisa menata mimpi baru untuk menyambut pagi lagi.
0

Rabu, 24 November 2010

dunia tante girang

Kenapa ada tren “tante girang”? karena menurut penelitian, wanita memiliki naluri alamiah untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dalam menikmati percintaan sebelum waktunya habis.

brondongPenelitian dari University of Texas, di Austin, Amerika Serikat, ini meneliti 900 wanita tentang perilaku seksualnya, termasuk seberapa sering mereka berfantasi seks dan seberapa banyak mereka menggoda lelaki asing.

Sekumpulan wanita ini dibagi menjadi tiga kelompok menurut tingkat kesuburan. Usia 19-26 adalah kelompok dengan puncak kesuburan, 27-45 dimana kemampuan punya anak berkurang, dan wanita yang mendekati atau sudah menapouse.

Hasilnya kelompok pertengahan, 27-45 tahun memiliki kehidupan seks terbaik, seperti yang dimuat dalam journal Personality and Individual Differences.

Wanita mengenal istilah menopause, dimana masa itu datang berarti libido untuk menikmati seks jauh berkurang dan kemampuan melakukan seks sangat minimal. Menapouse datang kala wanita menginjak usia 45 tahun ke atas, karena itu tidak sulit menemukan wanita di akhir 30an sangat menikmati aktivitas seksualnya.

Lalu bagaimana sindrom tante girang ini dipandang secara medis? Penelitian menyebutkan tidak ada salahnya menjalin hubungan dengan pria muda. Kategori toyboy saat jarak yang terpaut lebih dari lima tahun. Bagaimanapun pria muda mengalirkan energi kemudaan dan memberi bibit baik jika berniat memiliki anak.

Sebaliknya Pria lebih tua sangat baik untuk merawat dan membesarkan anak, serta untuk mencari kemapanan finansial. 

Kini kita tahu kenapa ada "tante" yang sedang "senang-senangnya".

Jajal Dunia Malam Kota Bandung !



Bandung, surga para pencari kesenangan. Ibukota Jawa Barat ini tak hanya menawarkan FO, Ciwalk, Cihampelas, Cimol, Café Strawberry atau tempat wisata Gunung Tangkuban Perahu saja. Banyak yang bisa wisatawan temui di sini.

Kota berjulukan “Paris van Java” ini, adalah sebuah kota berhawa sejuk. Bila menginjakan kaki ke kota ini, seolah berat meninggalkannya. Semua ada di sini. Semua serba murah. Bahkan, pecinta fesyen menganggapnya sebagai kiblat mode terkini di Indonesia.

Bagi pecinta hiburan malam, Bandung pun adalah surga. Mulai dari klub dangdut hingga diskotek bertaraf internasional tersedia di sini. Jangan tanya wanita-wanita yang bisa menemani Anda, semuanya seperti kebanyakan mojang Bandung, cantik-cantik. Namun, Anda jangan nekad mencari hiburan ke Saritem, Anda bisa kena razia polisi karena kawasan bekas prostitusi ini sekarang sudah ilegal. Sudah ditutup. Yang masih nekad buka, beroperasi secara sembunyi-sembunyi dan tidak banyak karena takut ketahuan polisi.

Kawasan hiburan malam di Bandung, memang tersebar di beberapa tempat. Yang paling populer antara lain di kawasan Jl. Cibadak, Jl. Sudirman, dan Jl. Dalem Kaum. Sementara yang menjadi favorit wisatawan dari luar negeri adalah di Jl. Braga.

Penjaja seks di Bandung, sekarang ini memang banyak yang turun ke jalan. Ini tak lepas akibat dari ditutupnya Saritem. Mereka biasanya mangkal di seputar diskotek, terutama kalau ada acara “Ladies Night”. Coba pula selusuri Jl. Alkateri atau Jl. Asia-Afrika, maka Anda bisa menemui para wanita yang biasa disebut “Jablay” ini.

Namun, Anda pun harus berhati-hati bila ingin menggunakan “jasa” mereka. Sebab, mereka rawan penyakit kelamin. Anda tentunya tidak mau, pulang dari Bandung terpaksa harus mengeluarkan biaya mahal untuk berobat ke dokter spesialis kulit dan kelamin.

Senin, 22 November 2010

suasana dunia malam



Gadis Malam Itu Kekasihku Bu dan Tetta

Angin senja dan mentari yang hampir tenggelam menemaniku susuri jalan-jalan di kota Makassar. Akhirnya aku pulang juga ke rumah. Beberapa waktu aku berpetualang. Tapi akhirnya pulang juga.
Sebenarya aku merasa malas untuk pulang ke Rumah. Meski rasa rindu terus membebani hari-hari, aku tetap merasa malas untuk pulang. Bukan karena jarak yang harus ditempuh, tapi karena aku selalu yakin, jika aku pulang, maka banyak pertanyaan menyebalkan akan  muncul
Langit bertambah gelap, motor yang kupacu dengan kecepatan sedang melewati jalanan. Bung Permai Blok A6 NO.5. Akhirnya aku sampai di rumahku. Sesampai di depan rumah, seorang lelaki yang rambutnya sebagian sudah memutih menyambutku. Pria yang kupanggi TETTA menyambutku. Nampaknya dia akan pergi ke mesjid, adzan magrib memang tengah berkumandang.
Malam pertama di rumah kulalui dengan selamat. Hanya pertanyaan biasa yang diutarakan oleh keluargaku. Tak ada pertanyaan yang menyebalkan yang harus ku jawab.
Namun, segala yang bermula baik, ternyata tak selalu berakhir baik. Keesokan harinya aku pamit. Seorang teman melangsungkan pernikahan. Aku memutuskan untuk datang. Alasanku datang sebenarnya sepele, aku ingin bertemu dengan teman SMP ku yang lain. Sudah cukup lama aku tak bertemu dengan mereka.
Baru ketika langit menghitam aku kembali di rumah. Aku kembali bersama keluargaKU. Kami berbincang-bincang, sebelum pertanyaan yang kutakutkan kembali terlontar. Kapan kamu menikah??? Pacaran dengan siapa sekarang??? Gimana dengan pacar yang kemaren, yang katanya usianya 18 tahun??? Sudah bertemu dengan orangtuanya belum???
Pertanyaan yang menyebalkan. Aku memutar otak. Bagaimana harus kujawab pertanyaan itu. Tapi otakku tak bisa diajak kompromi. Tak ada jawaban rekayasa yang bisa kuutarakan. Aku hanya diam seribu bahasa.
Ibuku melihat ke arah ku. Aku tak bisa membalas tatapannya. Sebenarnya aku ingin menjawab pertanyaan itu. Ada seorang wanita yang sekarang dekat denganku. Tapi aku tak bisa membuka identitas wanita itu. Aku tak ingin keluargaku kecewa.
Di kala mulutku diam, hatiku sebenarnya menjawab. Ada Bu, aku sedang dekat dengan seorang wanita, jawabku. Memoriku kemudian mencoba mengingat, kapan aku bertemu dengan wanita itu???
Tiga bulan yang lalu. Ya Tiga bulan yang lalu. Aku bertemu dengannya di sebuah tempat di salah Sudut kota yang kukunjungi. Tangan kanannya mengapit sebatang rokok. Kami pun mengobrol. Kemudian dia meminjam telepon genggamku. Mengirim pesan singkat kepada seseorang, dan tak lupa dia menyimpan nomornya di telepon milikku.
Save ya, nama saya rika, ujarnya mengenalkan. Waktu menunjukan jam 12 malam. Agak heran sebenarnya mengapa wanita secantik dia berada di luar rumah saat malam semakin larut. Tapi sebelum pertanyaan terlontar, dia sudah pergi.
OK Aku harus pergi. Kapan-kapan ketemu lagi ya, katanya sebelum pergi. Aku pun mengangguk. Lama tak bertemu, malam akhirnya kembali mempertemukan kami. Masih di tempat yang sama. Kami pun kembali berbincang banyak hal.
Ia mengaku datang dari daerah Batu Malang Jawa Timur. Tempat yang cukup jauh dari tempat kita mengobrol. Butuh waktu Yang cukup lama untuk sampai ke sini dari Kampung halamanya. Apa sebenarnya yang membawa wanita cantik berbaju sedikit terbuka ke tempat ini ketika malam semakin pekat??? Dan malampun jadi saksi aku jatuh cinta kepada wanita ini.
Malam itu aku berkesempatan mengantarnya. Bukan untuk pulang, melainkan ke sebuah tempat. Katanya itu tempat paling asyik menghabiskan malam. Dia kemudian minta turun di depan sebuah tempat. Aku mengenal tempat tersebut. Beberapa kali aku pernah ke tempat ini. Tempat itu selalu hingar bingar. Musik Disko dan Hip Hop Memanaskan telinga. Dan di meja-meja, tamu yang datang meminum minuman keras. Untuk berbicara kita harus mendekat, karena kerasnya musik dan suara penyanyi yang penampilannya sangat seksi.
Ia turun dari motor, kemudian mengecup pipiku dan menghilang di balik pintu masuk. Ada ragu kala itu. Tapi perlahan dapat kutepis. Aku pun rutin bertemu wanita yang kuanggap cantik itu.
Kadang kami melalui malam bersama. Kehangatan yang ditawarkannya menghanyutkanku untuk melalui malam bersama. Bibir kami bertemu. Hingga dosa pun kembali terbuat berulang-ulang.
Hingga kini aku masih berhubungan dengan dia. Hingga Ibu bertanya Kapan kamu menikah? Pacaran dengan siapa sekarang? Ingin aku menjawab jika aku sebenarnya sudah punya pacar. Rika, seorang Gadis malam yang kutemui di sudut Makassar. Yang kehangatannya mampu membuatku selalu rindu. Aku rindu saat dia melenguh Aahhh…..Aaaah2x…..di teliganku
Tapi aku tak bisa jujur. Entah sampai kapan aku merahasiakan hal ini kepada keluargaku. Jika aku sebenarnya mempunyai kekasih seorang Gadis malam. Dimana alkohol dan rokok sangat akrab dengannya. Asap sering mengepul dari bibirnya. Ahhh. Andai saja aku berani mengatakannya. Bu, pacarku seorang Gadis malam…Begh…….!!!!
Aku kemudian memilih keluar rumah. Melihat bulan dan bintang yang menghiasi malam dan kemudian membayangkan Gadis malam itu berada di sisiku menawarkan kehangatan yang selalu kurindukan.

Tak berjejak (gadis malam)



Tak perlu lagi kumengharapkanmu, sebab kau menghilang ditengah kerinduanku: menghapus jejak bagi telusurku.

Kuharus melepaskanmu: melupakanmu. Merelakanmu sebagai cerita selintas yang lenyap dibergantinya hari.

Aku, kamu: kita. Tak pernah terberai karena tak pernah menyatu. Kisah berakhir bersama datangnya pagi: gadis malam.

Belaian Nafsu Gadis Malam


Dewasa
Siapa tidak kenal ratna, gadis paling seksi dan berisi di cafe de' alabama. Yang ukuran dadanya tidak kalah dengan ayu azhari..
Sosoknya periang, namun kadang juga terlihat anggun. Bulu matanya lentik, membingkai matanya yang indah bagai bola pimpong. Tapi siapa yang tak tahu senyumnya, alamak.. menggoda sekali.
Syuurr...tubuhnya selalu menebar keharuman murni green tea..membuat pikiran melayang2...hilang ingatan...hanyut dalam cengkraman tubuh yang aduhai..tanpa kata dan tanpa dosa..
Pesonanya ibarat sekuncup bunga kusuma wijaya, selalu dinanti-nanti. Walau mata telah lelah menanti mekarnya, namun hati tak mau tahu.
Lihatlah kulit mulusnya, membuat lelaki selalu ingin menyentuhnya.
Namun entahlah mengapa, tak ada seorang pun lelaki yang berani mendekatinya...
Mungkin karena masa lalunya ...
Ahh!! tapi entahlah, tidak ada yang tahu asal usulnya secara rinci, siapa ayahnya, siapa ibunya, dimana keluarganya, semuanya masih menjadi misteri bagi semua orang..
Saat ini ia sedang duduk sendirian di cafe de' alabama.
Terdiam, memandangi gelasnya yang jenjang. Memutar-mutarkan jari jemarinya di antara lengkungan gelas kristal. Lalu, dihembuskannya nafasnya yang panjang ke luar dari bibirnya yang tipis.
Matanya dengan lembut menyapu seluruh sudut ruang cafe de' alabama, mengintai mangsa dari sudut cafe.
Tiba-tiba saja hatinya tersentak, "gila, aku kan sudah berjanji pada hati kecilku sendiri untuk menghilangkan sifat jahilku yang suka mempermainkan hati laki-laki. Duh, gimana sih!!" gerutunya kesal.
Ratna tak menyadari sedari tadi ada lelaki paruh baya yang memperhatikan gerak geriknya..
Oleh lelaki itu dipandagi lekat-lekat betis jenjangnya, menaik sampai mata Ratna. Mereka berdua beradu pandang. "Tidak mungkin, apa itu Galih?" tanya Ratna pada hatinya.
"Galih?? Ya betul! Dia, korban terakhirku. Ya ampun, apa yang harus kulakukan sekarang ini ya? Apa aku pergi saja dari tempat ini??" tiba-tiba Ratna menggeser bangkunya dan berdiri, namun...
Ia terpeleset kulit pisang yang dibuang sembarangan oleh salah satu pengunjung cafe. ia hampir jatuh, seperti dalam adegan slow motion. dan, Galih dengan sigap menangkapnya sebelum ia jatuh. "Ga.. Galih.." kata Ratna kaget.
"Aduh..., hati-hati dong... Kamu itu, tidak pernah tidak ceroboh", bisik Galih lembut di telinga Ratna. Ratna kini berdiri berdampingan dengan Galih. Dia hanya sanggup terpaku kaku tanpa daya. Ada rasa, entahlah...
Kaki Ratna terasa begitu lemas, tak mampu berdiri rasanya. Galih masih memegangi Ratna dengan kedua tangan kekarnya.
"Maaf mas, saya ada urusan..", tampik Ratna sambil berlalu pergi. Galih hanya dapat menatapnya pergi dan semakin jauh darinya. "Ratna, hmmm... Kamu tetap cantik dan seksi... Ada apa denganmu, kenapa kamu menghindariku?!?" keluh hati Galih.
Begitu keluar kafe, Ratna dicegat oleh 3 orang lelaki bertopeng. "KYAAAAAAAAAA!!!!!!" teriak Ratna.
"Berikan keperawananmu !!!" ancam salah seorang lelaki itu . "Tidak, Berikan kesucianmua!!" kata lelaki lainnya . "berikan saja daleman muu !!! aduhh booo jadi napsu dehk eike,... " kata lelaki terakhir.
"Kalian mau apa!!!!" bentak Ratna sambil memasang kuda-kuda. "Ayo, kalau berani!!" bentaknya lagi. "Duh, dasar goblok!! Cari mampus mereka!! Belum tahu mereka siapa Ratna hehhh..." gerutu Galih yang memperhatikan dari kejauhan.
Ni rahasia ya? Jangan bilang siapa2, dulu Ratna sebelum operasi adalah seorang Lelaki Tulen!!! Pendekar Silat, maka ngadepin 3 cowok beginian mah : keciiiill!
Tiba-tiba saja, ketiga lelaki itu lari tunggang langgang entah kemana. Ratna, hanya menarik nafas lega. "Untung tidak jadi mereka menyerangku. Andai jadi, bisa kalah telak nih!!" gerutu Ratna sambil merapikan kemejanya.
Namun Ratna merasa ada yang aneh.. Sepertinya dalemannya ilang.
Setelah melihat kiri dan kanan Ratna melihat dalamannya ternyata berada ditangan Galih, rupanya terlepas saat ia terpeleset kulit pisang..
"Kenapa bisa dalaman sepatuku ada di tanganmu, mas??" tanya Ratna penuh ingin rasa tahu. "Maaf, tadi waktu kamu hendak melawan mereka, dan menyiapkan kuda-kuda, sepatumu kan sempat terlempar dan dalemannya lepas mengenai badanku", sahut Galih ramah.
Muka Ratna langsung memerah, lebih merah daripada warna dalemannya, kemudian dengan malu2 ia berkata "Mas, maukan kau memakaikan dalemanku?".
"Glekhs", Galih menelan air ludah. "Waaah, tapi ... nanti, duh,,, OKE!". Ealah, ternyata Galih mah, suka bgtz.
Galih langsung mengajak Ratna kekamar mandi terdekat, buru-buru langsung ditutupnya pintu kamar mandi tersebut, kemudian barulah dia menyadari sesuatu... "eeee... Cara masang daleman gimana yach?" oalah... ternyata Galih belum pengalaman..
Maka, dengan menyembunyikan dari Ratna, segeralah Galih menelpon diam-diam ke Momonz, teman seperjuangannya, "Monz, gimana nih cara makein daleman cewek? Gw ga tau banget nih. Dari atas atau bawah dulu nih?", bisik Galih ke HP-nya.
"Pertama lo angkat kaki kanan dulu keatas, trus masukkan kaki kiri lo ke daleman tsb, dilanjutin dgn kanan, angkat pelan2 penuh perasaan, kemudian gulung tu daleman dipinggang lo, beress kan??" terdengar suara Momonz memberi intruksi dr jarak jauh..
Galih manggut-manggut, dia segera mempraktekkan apa yang dikatakan Momonz. "Ayo Ratna sini tk pake' in" kata Galih. Galih mulai dengan mengangkat kaki kanan Ratna. Sentuhan tangan Galih membuat Ratna merem melek.Tp Naasnya KRAKKK!, dalemannya sobekkk.
ah, untung saja Ratna tidak menyadarinya... Galih masih melanjutkan perjuangannya dengan keringat dingin yang terus mengucur deras.. Pengalaman pertama makein daleman cewek seperti masang ranjau darat saja, salah sedikit bisa "meledak".
"aaah,, mas galih!!!" keluh Ratna.
dan jam dinding seakan semakin keras berdetak kedengarannya.
"ah, akhirnya selesai juga", ucap ku lega. Tak terasa sudah satu jam aku berusaha membantu Ratna memakaikan dalemannya.
Ahhh..mas Galih tolongin nih melorot lagi...." ckckckckckckckckck" gumam Galih.
Apa daya,pemandangan itu terpampang jelas. Terlihat jelas dari pandanganku,....
wawwwwww.....apa itu...
ternyata Ratna memakai daleman dengan gambar kelinci... "kok aku baru sadar sekarang ya" pikirku dalam hati.
"Kau suka ya? Aku dpt ini dari hadiah online di situs Playboy.com", rayu Ratna sambil memerkan gambar Kelinci culun itu.
"Oh... lucu2 kataku" menjawab sekenanya... sebenarnya aku tidak memperhatikan kelinci itu, melainkan kemolekan tubuh Ratna.. "damn, kelinci yang beruntung" pikir ku dalam hati.
Seandainya aku jadi kelinci itu.... Galih membayangkannya....
tiba-tiba Galih tersadar, kalo itu cuma mimpi. sekian.
Setelah terbangun dari tidurnya, ia kaget melihat Ratna ada di sampingnya tertidur pulas tanpa memakai busana.
Saking terkejutnya ia sampai jatuh dari ranjangnya... Ia bingung harus berbuat apa... apakah ia harus membangungkan Ratna atau membiarkannya saja.
Ratna pun terbangun karena mendengar suara Galih yang terjatuh dari Ranjang.
" Apaan sih ribut-ribut...aduh kok bajuku copot semua, hayo kamu yang copot ya Galih??? Ngaku hayo...
Saat itu aku benar2 bingung... tidak tau apa yang terjadi.... mendengar pertanyaan Ratna aku hanya terdiam tidak tau harus berkata apa... TIba2 Ratna kemudian tersenyum dan mendekati ku dan mencium kening ku... "Terima kasih mas" katanya lirih....
"Uuugh, terimakasih apa ini?",batinku. "Eeeeh, tentang apa Ratna???", tanyaku polos. "Terus, bagaimana kau bisa ada di ranjangku????". Aneh deh.
Ah...kamu ini kropos banget si..eits polos banget mksdx..ya itu2.. Aku tadi gak tau habis tidur sudah ada di ranjangmu. jangan2 aku jalan sendiri dalam keadaan tidur...tapi gak papa deh amal...
"eh, btw Mas Galih, baju ku dimana yach" tanya Ratna kemudian... Pertanyaan yang mengejutkan, karena jangankan bajunya, baju ku sendiri saja aku tidak tau dimana keberadaannya..
sama seperti cerita bulet-bulet merah.
ishh.