Minggu, 28 November 2010

Rahasia Gadis Malam

Dia tampak begitu anggun dengan kemeja biru muda dan celana panjang hitamnya pagi ini. Mataku tak pernah lepas memandang wajah sumringah gadis asli Yogyakarta yang saat ini kuliah satu kampus denganku. Tepatnya dia adalah adik tingkatku. Sejak awal dia masuk kuliah, aku sudah tertarik padanya. Entah kenapa, gadis itu merebut perhatianku dengan sikapnya yang lebih sering diam daripada bicara pada orang lain.

Wini Adiarti. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan Wini. Nama itu pun kuketahui dari teman-temanku sebelum dia mau menerima uluran tanganku saat kuajak berkenalan. Dingin, sedikit aneh, namun penuh daya tarik, itulah pandanganku tentangnya diawal perkenalan. Dapat kurasakan ada sejuta misteri tersimpan dalam diri gadis itu. Dan saat ini, aku telah sedikit menemukan jawabannya.

***

“Wini tidak seperti gadis pada umumnya. Dia bukan gadis baik-baik. Lebih baik kau pikirkan lagi sebelum terlanjur jauh berhubungan dengannya."

Anto, teman dekatku di kampus, lagi-lagi mengatakan hal yang sama untuk kesekian kalinya. Ini sudah ketiga kalinya ia bicara begitu tentang Wini. Ya. Sejak kukatakan kalau aku jatuh cinta pada Win.

“Itu kan baru omongan anak-anak, To. Kita sendiri nggak tahu kebenarannya."

"Matamu benar-benar tertutup sama yang namanya cinta."

Aku mengangkat bahu sambil menyeringai ke arah Anto. Dia cuma mendesah kesal melihat sikapku. Ngotot! Itu istilah Anto untukku.

"Apa kamu sudah membuktikannya sendiri, To?"

"Ha? Maksudmu?"

"Ya....apa kamu pernah lihat sendiri Wini melakukan pekerjaan itu?"

"Belum sih. Tapi Fendy, playboy kelas kakap itu katanya pernah merasakannya langsung."

"Ah! Merasakan apa?"

"Tingkah liar Wini." Anto diam sejenak. "Fendy kan pernah pacaran sama dia. Kalau mau tahu persis, tanya aja sama Fendy."

"Tapi kalau cuma gara-gara Fendy, ya nggak bisa jadi bukti untuk memvonis Wini melakukan pekerjaan itu kan?"

"Eh, mas, anak-anak sudah tahu semua soal pekerjaan Wini. Atau kau langsung saja cari tahu dari Wininya sendiri."

" Gila kamu!"

Kutinggalkan Anto untuk masuk kuliah. Kulihat ia masih cengar-cengir nggak karuan.

****

Di ruang kuliah pikiranku melayang pada Wini. Berjuta pertanyaan menyesaki pikiranku siang ini. Kadang aku merasa risih juga kalau mengingat pekerjaan Wini seperti apa yang dikatakan anak-anak di kampus. Serendah itukah Wini? Menjadi seorang wanita penghibur yang keluar tiap malam untuk melayani para lelaki hidung belang dan bertangan nakal. Jika memang benar, apa alasan Wini hingga mau melakukan pekerjaan haram itu. Aku tak habis pikir. Memuakkan. Mengapa gadis yang kucintai harus menjadi seorang wanita tuna susila. Menyedihkan. Tapi itu belum tentu benar.

Hatiku mencoba mencari keyakinan positif tentang Wini. Kulihat selama ini Wini adalah sosok gadis yang ramah, baik hati, walau sedikit tertutup mengenai kehidupannya. Sesaat terdorong juga diriku untuk mencari informasi dari Fendy.

****

"Hahahaha...gadis itu? Memang bener, Gung. Wini bukan gadis baik-baik. Dalam diamnya tersimpan sebuah keliaran yang mengimpikan sejumlah materi."

"Materi?" Aku tak mengerti arah pembicaraan Fendy.

"Iya. Gadis itu cuma ngejar uang. Dia memberikan tubuhnya demi uang."

Badanku gemetar mendengar kata-kata Fendy barusan. Jadi benar...

"Bagaimana kamu bisa tahu, Fen?"

Aku harus tahu semua. Aku harus tahu ada rahasia apa pada diri gadis yang kucintai itu. Saat ini aku merasa menjadi orang bodoh yang tak tahu apa-apa.

"Waktu aku ajak Wini ke pantai, dia mau saja. Di sana, di dalam mobilku, aku mulai menyentuhnya."

"Terus?"

"Aku cium dia. Pipinya, bibirnya. Aku nggak nyangka Wini bersikap biasa saja saat itu. Seolah dia telah berpengalaman lebih dari aku."

"Hem..." Aku cuma bisa menggumam.

"Lalu aku buka baju dan kutangnya. Kuremas payudaranya. Gila! Gadis itu seperti sengaja menyodorkan tubuhnya untukku. Terakhir, dia malah minta bayaran padaku."

Aku tak tahan lagi mendengar semua ini. Menjijikkan! Gadis murahan!
Makiku dalam hati. Kutahan Fendy meneruskan ceritanya. Bagiku semua sudah
cukup. Sekarang aku hanya ingin menyendiri. Sendiri!

****

Hari-hari berlalu seperti biasanya. Tapi hubunganku dengan Wini malah semakin dekat. Kami sering ngobrol berdua baik di dalam ataupun luar kampus. Kusadari kalau teman-temanku kurang suka dengan sikapku ini.

Namun jujur aku sendiri tak bisa menghilangkan rasa rindu dan cintaku pada Wini setiap hari. Seperti sore ini di kos Wini. Ironisnya kulihat Wini juga menunjukkan sikap jatuh cinta padaku. Walaupun setelah sekian lama kami begitu dekat, aku tetap tak berhasil membuat gadis itu terbuka padaku mengenai kehidupan pribadinya.

Malam ini, aku merasa sangat pusing dengan perasaanku sendiri. Aku tak sanggup menahan rasa cintaku pada Wini. Harus kuungkapkan malam ini juga! Batinku memaksaku melangkahkan kaki keluar menuju kos Wini.

Sesampai di kos Wini, aku tak menjumpai gadis itu.

"Keluar, mas. Dari jam 8 tadi." Kata seorang teman kos Wini yang membukakan pintu.

Aku segera berangsur pergi tanpa pikir panjang lagi. Akhirnya dua roda motorku melaju sepanjang jalan-jalan kota Yogya tanpa ada arah tujuan yang pasti.

Di sebuah jalan sepi di pinggir kota, kulihat Wini sedang berdua dengan seorang lelaki yang mungkin lebih cocok disebut pamannya. Mereka keluar dari sebuah mobil sedan putih dan kulihat Wini berdiri bersandar pada mobil itu. Lelaki itu mendekatinya dan memeluk erat tubuh Wini tanpa ragu-ragu. Serentak wajah sumringah milik Wini terhujani ciuman penuh nafsu dari lelaki itu.

Aku mau muntah melihatnya. Darahku memanas naik ke sekujur tubuhku. Nafasku mengalir tak beraturan. Apa-apaan ini? Aku benar-benar tak ingin mempercayainya.

Tak lama kemudian mereka berjalan masuk ke rumah kecil yang tak berada jauh dari tempat lelaki itu memarkirkan mobilnya. Tangan lelaki itu melingkari pinggul Wini dengan mesra sambil sesekali mencumbui Wini yang tampaknya sangat lihai meladeni lelaki itu. Lalu mereka berdua hilang dari pandanganku. Aku tak berani mendekati rumah itu. Aku tak berani membayangkan apa yang akan mereka lakukan di dalam rumah itu. Atau aku tak ingin mengakui semua yang telah kulihat ini? Entahlah. Lebih baik aku pulang.

Kendaraanku melaju kencang menabrak hembusan angin malam yang terasa sangat dingin menusuk tulang rusukku. Sepanjang jalan pikiranku teringat pada sosok gadis pendiam yang selama ini membangun taman bunga cinta di hatiku.

* * * *
Ini adalah hari ke empat sejak aku melihat kejadian di jalan sepi itu. Aku jarang menemui Wini lagi. Tapi sore ini aku sudah berada duduk di kursi ruang tamu rumah kos gadis itu. Kurasa aku harus menanyakan semuanya pada Wini. Hari ini gadis itu harus membuka semua dengan jujur di hadapanku. Aku tak perduli hal-hal lain selain kejelasan mengenai diri Wini.

"Jadi kamu sudah tahu semuanya?"

Suara Wini tampak bergetar takut saat mendengar ceritaku yang melihatnya berdua dengan lelaki bermobil sedan itu."

"Ya! Dan aku ingin tahu ada hubungan apa kamu dengan laki-laki itu?"

"Aku tak bisa menjawabnya."

"Tapi kamu tetap harus menjelaskannya padaku saat ini juga."

"Bukankah kamu sudah dengar dari semua yang dikatakan anak-anak kampus selama ini tentangku?"

"Aku mau dengar dari mulutmu sendiri, Win."

Gadis itu hanya diam dan diam sambil menundukkan kepalanya.

"Win, apa kamu tidak tahu kalau aku mencintaimu? Aku ingin tahu tentangmu tanpa ada rahasia apapun di antara kita."

"Maafkan aku."

"Win, apa kamu juga punya perasaan yang sama terhadapku?"

Wini menganggukkan kepalanya. "Ya, aku pun mencintaimu." Suaranya terasa gamang menjawab pertanyaanku.

Ada sedikit rasa bahagia di hatiku mendengar jawabannya.

"Baiklah. Lalu siapa laki-laki itu, Win? Apa semua yang dikatakan anak-anak kampus itu benar? Apa kamu memang seorang wanita...." Aku tak ingin meneruskan kata-kataku. Sungguh menyebut kata-kata itu pun aku sudah merasa risih.

"Iya. Semua itu benar. Aku memang wanita penghibur."

Aku kaget setengah mati. Wini, gadis muda belia yang cantik dan baik hati, yang selama ini memenuhi mimpi-mimpi malamku, ternyata memang benar melakukan pekerjaan haram dan murahan itu. Mendadak rasa cintaku luntur terkikis sedikit demi sedikit dalam kalbuku. Aku kecewa. Sangat kecewa.

"Kenapa kamu sampai melakukan pekerjaan itu, Win?" Aku tak tahu kenapa aku bertanya hal ini pada Win.

"Aku terpaksa. Aku butuh uang untuk membayar biaya kuliahku. Juga menanggung biaya hidup keluargaku di desa."

Masih banyak lagi yang dikatakan oleh Win. Tapi aku tak begitu memperhatikan. Aku tahu ia punya alasan yang cukup masuk akal. Meskipun itu alasan klasik. Aku lebih merasa bingung melihat tubuh Win yang semakin bergetar kencang di depanku. Tampak sekali kalau gadis itu begitu rapuh dan tak kuat menghadapi sikapku. Seolah ia merasa sangat bersalah padaku. Sedang aku sendiri tak tahu harus berbuat apa.

Memeluknya? Bahkan jiwaku seperti melarangku untuk menyentuh gadis itu. Aku pusing. Sebersit rasa sedih dan bersalah menggayuti batinku. Begitu teganya aku
menghakimi seorang gadis belia yang telah mempunyai kesulitan hidup yang begitu rupa. Yang sebenarnya ia juga ingin mempunyai kehidupan normal seperti gadis-gadis lainnya. Betapa jahatnya aku. Ini sangat tidak adil bagi Wini.

"Lebih baik aku pulang."

Akhirnya aku memecah keheningan kami berdua. Hari sudah makin malam. Aku ingin segera sampai di kosku.

"Agung, aku sungguh mencintaimu." Wini berkata dengan pelan sekali sebelum aku meninggalkan teras rumahnya.

"Maafkan aku, Win."

Tak ada lagi yang bisa aku lakukan di sini. Aku harus menenangkan pikiran dan perasaanku sendiri.

****

Sudah hampir sebulan aku tak bertemu dengan Wini di kampus. Aku pun tak pernah lagi mencoba menemuinya di kosnya. Aku sudah terlanjur kecewa. Aku tak bisa menerima pekerjaan yang dilakukannya selama ini. Teman-temanku di kampus pun tak ada yang tahu tentang keberadaan Wini. Wini seolah tenggelam di kampus kami. Berita dan omongan-omongan miring tentangnya pun tak terdengar lagi. Sepi.

Sampai suatu hari salah satu surat kabar memberitakan tentang kematian seorang wanita tuna susila yang terbunuh secara mengenaskan. Bulu kudukku meremang saat kubaca jati diri wanita yang meninggal itu. Inisial WA, berusia 22 tahun. Seluruh tubuhku lemas seketika. Setelah kutanyakan pada pihak berwajib mengenai tanda pengenal wanita itu, yakinlah aku bahwa gadis itu adalah Wini. Aku hanya terdiam menatap berita di koran itu. Kenapa bisa jadi begini,Win?

Esok harinya, ada seorang teman kos Wini yang datang menemuiku. Ia membawa sebuah surat yang katanya dititipkan Wini seminggu sebelum kejadian pembunuhan itu. Aku sedikit ragu menerima surat itu.

Kubaca isi lembaran surat dari Wini dengan perlahan. Semakin aku merasa bersalah pada gadis itu. Ingin aku meminta maaf padanya atas apa yang telah aku lakukan sebulan lalu. Saat aku menghakiminya dengan begitu menyakitkan. Sementara aku tak punya hak apa-apa untuk memintanya menjelaskan semua kehidupan pribadinya.

"Agung, aku bahagia bisa dekat denganmu. Dan aku senang kau tidak begitu saja mempercayai omongan teman-teman tentang aku. Aku percaya kalau kau benar-benar mencintaiku. Maafkan aku, Gung. Karena selama ini aku tidak terbuka padamu. Tapi terakhir aku bicara padamu, membuka semua aib diriku, kulakukan semata karena cintaku padamu. Jujur, Gung, aku juga mencintaimu. Namun aku tak berani memintamu melanjutkan cintamu sejak kau tahu tentang pekerjaanku itu. Aku sadar, gadis sepertiku tak berhak merasakan ketulusan cintamu. Kamu terlalu baik untukku. Semoga kamu mendapatkan gadis lain yang mencintaimu dengan keanggunan yang
sesungguhnya. Aku hanyalah gadis malam. Kehadiranku di dekatmu hanya akan membuat malam-malammu berubah kelam....."

Kulipat surat dari Wini dengan hati galau. Seiring kututup kisah cinta singkatku dengannya. Terbayang lagi wajah sumringah yang selalu ditemani bibir mungil yang terkunci rapat.

Selamat jalan, gadisku. Selamat malam, gadisku.

Kujatuhkan tubuhku di kasur kamarku. Aku lelah. Kuharap malam ini aku bisa menata mimpi baru untuk menyambut pagi lagi.
0

Rabu, 24 November 2010

dunia tante girang

Kenapa ada tren “tante girang”? karena menurut penelitian, wanita memiliki naluri alamiah untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dalam menikmati percintaan sebelum waktunya habis.

brondongPenelitian dari University of Texas, di Austin, Amerika Serikat, ini meneliti 900 wanita tentang perilaku seksualnya, termasuk seberapa sering mereka berfantasi seks dan seberapa banyak mereka menggoda lelaki asing.

Sekumpulan wanita ini dibagi menjadi tiga kelompok menurut tingkat kesuburan. Usia 19-26 adalah kelompok dengan puncak kesuburan, 27-45 dimana kemampuan punya anak berkurang, dan wanita yang mendekati atau sudah menapouse.

Hasilnya kelompok pertengahan, 27-45 tahun memiliki kehidupan seks terbaik, seperti yang dimuat dalam journal Personality and Individual Differences.

Wanita mengenal istilah menopause, dimana masa itu datang berarti libido untuk menikmati seks jauh berkurang dan kemampuan melakukan seks sangat minimal. Menapouse datang kala wanita menginjak usia 45 tahun ke atas, karena itu tidak sulit menemukan wanita di akhir 30an sangat menikmati aktivitas seksualnya.

Lalu bagaimana sindrom tante girang ini dipandang secara medis? Penelitian menyebutkan tidak ada salahnya menjalin hubungan dengan pria muda. Kategori toyboy saat jarak yang terpaut lebih dari lima tahun. Bagaimanapun pria muda mengalirkan energi kemudaan dan memberi bibit baik jika berniat memiliki anak.

Sebaliknya Pria lebih tua sangat baik untuk merawat dan membesarkan anak, serta untuk mencari kemapanan finansial. 

Kini kita tahu kenapa ada "tante" yang sedang "senang-senangnya".

Jajal Dunia Malam Kota Bandung !



Bandung, surga para pencari kesenangan. Ibukota Jawa Barat ini tak hanya menawarkan FO, Ciwalk, Cihampelas, Cimol, Café Strawberry atau tempat wisata Gunung Tangkuban Perahu saja. Banyak yang bisa wisatawan temui di sini.

Kota berjulukan “Paris van Java” ini, adalah sebuah kota berhawa sejuk. Bila menginjakan kaki ke kota ini, seolah berat meninggalkannya. Semua ada di sini. Semua serba murah. Bahkan, pecinta fesyen menganggapnya sebagai kiblat mode terkini di Indonesia.

Bagi pecinta hiburan malam, Bandung pun adalah surga. Mulai dari klub dangdut hingga diskotek bertaraf internasional tersedia di sini. Jangan tanya wanita-wanita yang bisa menemani Anda, semuanya seperti kebanyakan mojang Bandung, cantik-cantik. Namun, Anda jangan nekad mencari hiburan ke Saritem, Anda bisa kena razia polisi karena kawasan bekas prostitusi ini sekarang sudah ilegal. Sudah ditutup. Yang masih nekad buka, beroperasi secara sembunyi-sembunyi dan tidak banyak karena takut ketahuan polisi.

Kawasan hiburan malam di Bandung, memang tersebar di beberapa tempat. Yang paling populer antara lain di kawasan Jl. Cibadak, Jl. Sudirman, dan Jl. Dalem Kaum. Sementara yang menjadi favorit wisatawan dari luar negeri adalah di Jl. Braga.

Penjaja seks di Bandung, sekarang ini memang banyak yang turun ke jalan. Ini tak lepas akibat dari ditutupnya Saritem. Mereka biasanya mangkal di seputar diskotek, terutama kalau ada acara “Ladies Night”. Coba pula selusuri Jl. Alkateri atau Jl. Asia-Afrika, maka Anda bisa menemui para wanita yang biasa disebut “Jablay” ini.

Namun, Anda pun harus berhati-hati bila ingin menggunakan “jasa” mereka. Sebab, mereka rawan penyakit kelamin. Anda tentunya tidak mau, pulang dari Bandung terpaksa harus mengeluarkan biaya mahal untuk berobat ke dokter spesialis kulit dan kelamin.

Senin, 22 November 2010

suasana dunia malam



Gadis Malam Itu Kekasihku Bu dan Tetta

Angin senja dan mentari yang hampir tenggelam menemaniku susuri jalan-jalan di kota Makassar. Akhirnya aku pulang juga ke rumah. Beberapa waktu aku berpetualang. Tapi akhirnya pulang juga.
Sebenarya aku merasa malas untuk pulang ke Rumah. Meski rasa rindu terus membebani hari-hari, aku tetap merasa malas untuk pulang. Bukan karena jarak yang harus ditempuh, tapi karena aku selalu yakin, jika aku pulang, maka banyak pertanyaan menyebalkan akan  muncul
Langit bertambah gelap, motor yang kupacu dengan kecepatan sedang melewati jalanan. Bung Permai Blok A6 NO.5. Akhirnya aku sampai di rumahku. Sesampai di depan rumah, seorang lelaki yang rambutnya sebagian sudah memutih menyambutku. Pria yang kupanggi TETTA menyambutku. Nampaknya dia akan pergi ke mesjid, adzan magrib memang tengah berkumandang.
Malam pertama di rumah kulalui dengan selamat. Hanya pertanyaan biasa yang diutarakan oleh keluargaku. Tak ada pertanyaan yang menyebalkan yang harus ku jawab.
Namun, segala yang bermula baik, ternyata tak selalu berakhir baik. Keesokan harinya aku pamit. Seorang teman melangsungkan pernikahan. Aku memutuskan untuk datang. Alasanku datang sebenarnya sepele, aku ingin bertemu dengan teman SMP ku yang lain. Sudah cukup lama aku tak bertemu dengan mereka.
Baru ketika langit menghitam aku kembali di rumah. Aku kembali bersama keluargaKU. Kami berbincang-bincang, sebelum pertanyaan yang kutakutkan kembali terlontar. Kapan kamu menikah??? Pacaran dengan siapa sekarang??? Gimana dengan pacar yang kemaren, yang katanya usianya 18 tahun??? Sudah bertemu dengan orangtuanya belum???
Pertanyaan yang menyebalkan. Aku memutar otak. Bagaimana harus kujawab pertanyaan itu. Tapi otakku tak bisa diajak kompromi. Tak ada jawaban rekayasa yang bisa kuutarakan. Aku hanya diam seribu bahasa.
Ibuku melihat ke arah ku. Aku tak bisa membalas tatapannya. Sebenarnya aku ingin menjawab pertanyaan itu. Ada seorang wanita yang sekarang dekat denganku. Tapi aku tak bisa membuka identitas wanita itu. Aku tak ingin keluargaku kecewa.
Di kala mulutku diam, hatiku sebenarnya menjawab. Ada Bu, aku sedang dekat dengan seorang wanita, jawabku. Memoriku kemudian mencoba mengingat, kapan aku bertemu dengan wanita itu???
Tiga bulan yang lalu. Ya Tiga bulan yang lalu. Aku bertemu dengannya di sebuah tempat di salah Sudut kota yang kukunjungi. Tangan kanannya mengapit sebatang rokok. Kami pun mengobrol. Kemudian dia meminjam telepon genggamku. Mengirim pesan singkat kepada seseorang, dan tak lupa dia menyimpan nomornya di telepon milikku.
Save ya, nama saya rika, ujarnya mengenalkan. Waktu menunjukan jam 12 malam. Agak heran sebenarnya mengapa wanita secantik dia berada di luar rumah saat malam semakin larut. Tapi sebelum pertanyaan terlontar, dia sudah pergi.
OK Aku harus pergi. Kapan-kapan ketemu lagi ya, katanya sebelum pergi. Aku pun mengangguk. Lama tak bertemu, malam akhirnya kembali mempertemukan kami. Masih di tempat yang sama. Kami pun kembali berbincang banyak hal.
Ia mengaku datang dari daerah Batu Malang Jawa Timur. Tempat yang cukup jauh dari tempat kita mengobrol. Butuh waktu Yang cukup lama untuk sampai ke sini dari Kampung halamanya. Apa sebenarnya yang membawa wanita cantik berbaju sedikit terbuka ke tempat ini ketika malam semakin pekat??? Dan malampun jadi saksi aku jatuh cinta kepada wanita ini.
Malam itu aku berkesempatan mengantarnya. Bukan untuk pulang, melainkan ke sebuah tempat. Katanya itu tempat paling asyik menghabiskan malam. Dia kemudian minta turun di depan sebuah tempat. Aku mengenal tempat tersebut. Beberapa kali aku pernah ke tempat ini. Tempat itu selalu hingar bingar. Musik Disko dan Hip Hop Memanaskan telinga. Dan di meja-meja, tamu yang datang meminum minuman keras. Untuk berbicara kita harus mendekat, karena kerasnya musik dan suara penyanyi yang penampilannya sangat seksi.
Ia turun dari motor, kemudian mengecup pipiku dan menghilang di balik pintu masuk. Ada ragu kala itu. Tapi perlahan dapat kutepis. Aku pun rutin bertemu wanita yang kuanggap cantik itu.
Kadang kami melalui malam bersama. Kehangatan yang ditawarkannya menghanyutkanku untuk melalui malam bersama. Bibir kami bertemu. Hingga dosa pun kembali terbuat berulang-ulang.
Hingga kini aku masih berhubungan dengan dia. Hingga Ibu bertanya Kapan kamu menikah? Pacaran dengan siapa sekarang? Ingin aku menjawab jika aku sebenarnya sudah punya pacar. Rika, seorang Gadis malam yang kutemui di sudut Makassar. Yang kehangatannya mampu membuatku selalu rindu. Aku rindu saat dia melenguh Aahhh…..Aaaah2x…..di teliganku
Tapi aku tak bisa jujur. Entah sampai kapan aku merahasiakan hal ini kepada keluargaku. Jika aku sebenarnya mempunyai kekasih seorang Gadis malam. Dimana alkohol dan rokok sangat akrab dengannya. Asap sering mengepul dari bibirnya. Ahhh. Andai saja aku berani mengatakannya. Bu, pacarku seorang Gadis malam…Begh…….!!!!
Aku kemudian memilih keluar rumah. Melihat bulan dan bintang yang menghiasi malam dan kemudian membayangkan Gadis malam itu berada di sisiku menawarkan kehangatan yang selalu kurindukan.

Tak berjejak (gadis malam)



Tak perlu lagi kumengharapkanmu, sebab kau menghilang ditengah kerinduanku: menghapus jejak bagi telusurku.

Kuharus melepaskanmu: melupakanmu. Merelakanmu sebagai cerita selintas yang lenyap dibergantinya hari.

Aku, kamu: kita. Tak pernah terberai karena tak pernah menyatu. Kisah berakhir bersama datangnya pagi: gadis malam.

Belaian Nafsu Gadis Malam


Dewasa
Siapa tidak kenal ratna, gadis paling seksi dan berisi di cafe de' alabama. Yang ukuran dadanya tidak kalah dengan ayu azhari..
Sosoknya periang, namun kadang juga terlihat anggun. Bulu matanya lentik, membingkai matanya yang indah bagai bola pimpong. Tapi siapa yang tak tahu senyumnya, alamak.. menggoda sekali.
Syuurr...tubuhnya selalu menebar keharuman murni green tea..membuat pikiran melayang2...hilang ingatan...hanyut dalam cengkraman tubuh yang aduhai..tanpa kata dan tanpa dosa..
Pesonanya ibarat sekuncup bunga kusuma wijaya, selalu dinanti-nanti. Walau mata telah lelah menanti mekarnya, namun hati tak mau tahu.
Lihatlah kulit mulusnya, membuat lelaki selalu ingin menyentuhnya.
Namun entahlah mengapa, tak ada seorang pun lelaki yang berani mendekatinya...
Mungkin karena masa lalunya ...
Ahh!! tapi entahlah, tidak ada yang tahu asal usulnya secara rinci, siapa ayahnya, siapa ibunya, dimana keluarganya, semuanya masih menjadi misteri bagi semua orang..
Saat ini ia sedang duduk sendirian di cafe de' alabama.
Terdiam, memandangi gelasnya yang jenjang. Memutar-mutarkan jari jemarinya di antara lengkungan gelas kristal. Lalu, dihembuskannya nafasnya yang panjang ke luar dari bibirnya yang tipis.
Matanya dengan lembut menyapu seluruh sudut ruang cafe de' alabama, mengintai mangsa dari sudut cafe.
Tiba-tiba saja hatinya tersentak, "gila, aku kan sudah berjanji pada hati kecilku sendiri untuk menghilangkan sifat jahilku yang suka mempermainkan hati laki-laki. Duh, gimana sih!!" gerutunya kesal.
Ratna tak menyadari sedari tadi ada lelaki paruh baya yang memperhatikan gerak geriknya..
Oleh lelaki itu dipandagi lekat-lekat betis jenjangnya, menaik sampai mata Ratna. Mereka berdua beradu pandang. "Tidak mungkin, apa itu Galih?" tanya Ratna pada hatinya.
"Galih?? Ya betul! Dia, korban terakhirku. Ya ampun, apa yang harus kulakukan sekarang ini ya? Apa aku pergi saja dari tempat ini??" tiba-tiba Ratna menggeser bangkunya dan berdiri, namun...
Ia terpeleset kulit pisang yang dibuang sembarangan oleh salah satu pengunjung cafe. ia hampir jatuh, seperti dalam adegan slow motion. dan, Galih dengan sigap menangkapnya sebelum ia jatuh. "Ga.. Galih.." kata Ratna kaget.
"Aduh..., hati-hati dong... Kamu itu, tidak pernah tidak ceroboh", bisik Galih lembut di telinga Ratna. Ratna kini berdiri berdampingan dengan Galih. Dia hanya sanggup terpaku kaku tanpa daya. Ada rasa, entahlah...
Kaki Ratna terasa begitu lemas, tak mampu berdiri rasanya. Galih masih memegangi Ratna dengan kedua tangan kekarnya.
"Maaf mas, saya ada urusan..", tampik Ratna sambil berlalu pergi. Galih hanya dapat menatapnya pergi dan semakin jauh darinya. "Ratna, hmmm... Kamu tetap cantik dan seksi... Ada apa denganmu, kenapa kamu menghindariku?!?" keluh hati Galih.
Begitu keluar kafe, Ratna dicegat oleh 3 orang lelaki bertopeng. "KYAAAAAAAAAA!!!!!!" teriak Ratna.
"Berikan keperawananmu !!!" ancam salah seorang lelaki itu . "Tidak, Berikan kesucianmua!!" kata lelaki lainnya . "berikan saja daleman muu !!! aduhh booo jadi napsu dehk eike,... " kata lelaki terakhir.
"Kalian mau apa!!!!" bentak Ratna sambil memasang kuda-kuda. "Ayo, kalau berani!!" bentaknya lagi. "Duh, dasar goblok!! Cari mampus mereka!! Belum tahu mereka siapa Ratna hehhh..." gerutu Galih yang memperhatikan dari kejauhan.
Ni rahasia ya? Jangan bilang siapa2, dulu Ratna sebelum operasi adalah seorang Lelaki Tulen!!! Pendekar Silat, maka ngadepin 3 cowok beginian mah : keciiiill!
Tiba-tiba saja, ketiga lelaki itu lari tunggang langgang entah kemana. Ratna, hanya menarik nafas lega. "Untung tidak jadi mereka menyerangku. Andai jadi, bisa kalah telak nih!!" gerutu Ratna sambil merapikan kemejanya.
Namun Ratna merasa ada yang aneh.. Sepertinya dalemannya ilang.
Setelah melihat kiri dan kanan Ratna melihat dalamannya ternyata berada ditangan Galih, rupanya terlepas saat ia terpeleset kulit pisang..
"Kenapa bisa dalaman sepatuku ada di tanganmu, mas??" tanya Ratna penuh ingin rasa tahu. "Maaf, tadi waktu kamu hendak melawan mereka, dan menyiapkan kuda-kuda, sepatumu kan sempat terlempar dan dalemannya lepas mengenai badanku", sahut Galih ramah.
Muka Ratna langsung memerah, lebih merah daripada warna dalemannya, kemudian dengan malu2 ia berkata "Mas, maukan kau memakaikan dalemanku?".
"Glekhs", Galih menelan air ludah. "Waaah, tapi ... nanti, duh,,, OKE!". Ealah, ternyata Galih mah, suka bgtz.
Galih langsung mengajak Ratna kekamar mandi terdekat, buru-buru langsung ditutupnya pintu kamar mandi tersebut, kemudian barulah dia menyadari sesuatu... "eeee... Cara masang daleman gimana yach?" oalah... ternyata Galih belum pengalaman..
Maka, dengan menyembunyikan dari Ratna, segeralah Galih menelpon diam-diam ke Momonz, teman seperjuangannya, "Monz, gimana nih cara makein daleman cewek? Gw ga tau banget nih. Dari atas atau bawah dulu nih?", bisik Galih ke HP-nya.
"Pertama lo angkat kaki kanan dulu keatas, trus masukkan kaki kiri lo ke daleman tsb, dilanjutin dgn kanan, angkat pelan2 penuh perasaan, kemudian gulung tu daleman dipinggang lo, beress kan??" terdengar suara Momonz memberi intruksi dr jarak jauh..
Galih manggut-manggut, dia segera mempraktekkan apa yang dikatakan Momonz. "Ayo Ratna sini tk pake' in" kata Galih. Galih mulai dengan mengangkat kaki kanan Ratna. Sentuhan tangan Galih membuat Ratna merem melek.Tp Naasnya KRAKKK!, dalemannya sobekkk.
ah, untung saja Ratna tidak menyadarinya... Galih masih melanjutkan perjuangannya dengan keringat dingin yang terus mengucur deras.. Pengalaman pertama makein daleman cewek seperti masang ranjau darat saja, salah sedikit bisa "meledak".
"aaah,, mas galih!!!" keluh Ratna.
dan jam dinding seakan semakin keras berdetak kedengarannya.
"ah, akhirnya selesai juga", ucap ku lega. Tak terasa sudah satu jam aku berusaha membantu Ratna memakaikan dalemannya.
Ahhh..mas Galih tolongin nih melorot lagi...." ckckckckckckckckck" gumam Galih.
Apa daya,pemandangan itu terpampang jelas. Terlihat jelas dari pandanganku,....
wawwwwww.....apa itu...
ternyata Ratna memakai daleman dengan gambar kelinci... "kok aku baru sadar sekarang ya" pikirku dalam hati.
"Kau suka ya? Aku dpt ini dari hadiah online di situs Playboy.com", rayu Ratna sambil memerkan gambar Kelinci culun itu.
"Oh... lucu2 kataku" menjawab sekenanya... sebenarnya aku tidak memperhatikan kelinci itu, melainkan kemolekan tubuh Ratna.. "damn, kelinci yang beruntung" pikir ku dalam hati.
Seandainya aku jadi kelinci itu.... Galih membayangkannya....
tiba-tiba Galih tersadar, kalo itu cuma mimpi. sekian.
Setelah terbangun dari tidurnya, ia kaget melihat Ratna ada di sampingnya tertidur pulas tanpa memakai busana.
Saking terkejutnya ia sampai jatuh dari ranjangnya... Ia bingung harus berbuat apa... apakah ia harus membangungkan Ratna atau membiarkannya saja.
Ratna pun terbangun karena mendengar suara Galih yang terjatuh dari Ranjang.
" Apaan sih ribut-ribut...aduh kok bajuku copot semua, hayo kamu yang copot ya Galih??? Ngaku hayo...
Saat itu aku benar2 bingung... tidak tau apa yang terjadi.... mendengar pertanyaan Ratna aku hanya terdiam tidak tau harus berkata apa... TIba2 Ratna kemudian tersenyum dan mendekati ku dan mencium kening ku... "Terima kasih mas" katanya lirih....
"Uuugh, terimakasih apa ini?",batinku. "Eeeeh, tentang apa Ratna???", tanyaku polos. "Terus, bagaimana kau bisa ada di ranjangku????". Aneh deh.
Ah...kamu ini kropos banget si..eits polos banget mksdx..ya itu2.. Aku tadi gak tau habis tidur sudah ada di ranjangmu. jangan2 aku jalan sendiri dalam keadaan tidur...tapi gak papa deh amal...
"eh, btw Mas Galih, baju ku dimana yach" tanya Ratna kemudian... Pertanyaan yang mengejutkan, karena jangankan bajunya, baju ku sendiri saja aku tidak tau dimana keberadaannya..
sama seperti cerita bulet-bulet merah.
ishh.