Cerita Dewasa Pengalamanku Perkosa Tante Sendiri. Kejadian ini terjadi sekitar sebulan yang lalu. Saya berumur 23 tahun baru lulus dari salah satu universitas ternama di Jakarta. Dan saya berasal dari keluarga baik-baik. Kejadian ini dimulai ketika saya menginap di rumah om saya di daerah Bogor. Om saya telah menikah dan memiliki 2 anak lelaki yang lucu (umur 3 dan 5 tahun), serta memiliki istri yang cukup cantik (menurut saya) umurnya sekitar 27 tahun.
Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan tante saya. Ternyata penyakit ‘gatel’ om saya kambuh lagi yaitu sering pergi ke diskotik bersama temannya. Hal tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabuk-mabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam. Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om Pram dan Tante Sis. Cerita dewasa hanya di sexceritadewasa.com
“Brak..” suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar kamar. Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, “Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku.” Dalam hatiku berkata, “Wah ribut lagi.” Om Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobil Timornya dan pergi entah ke mana.
Di dalam kamar, aku mendengar Tante Sis menangis. Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena damprat olehnya (kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku). Tapi aku jadi penasaran juga. Takut nanti terjadi apa-apa terhadap Tante Sis. Maksudku akibat kecewa sama Om Pram dia langsung bunuh diri.
Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Sis. Kuhampiri dia dan dengan pelan.
Aku bertanya, “Kenapa Tan? Om kambuh lagi?”
Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku berdiri di belakangnya. Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Sis mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. Pada saat itu aku belum berpikiran macam-macam. Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Sis mengajak Om Pram, berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Sis. Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). Tetapi Om Pram tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari pada Tante Sis.
Tiba-tiba Tante Sis berkata, “To, Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante. Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke Stardust di Jakarta, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi.” Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran 34). Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.
Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi).
“Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!”
“Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana.”
Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, “Tenang aja Tan, Om nggak bakal macem-macem kok.” (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam).
“Tapi Tante denger dia punya pacar di Jakarta, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella.”
“Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok.”
Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki.
Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya, “To, saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!” Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.
Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku. Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku.
Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang.
“Mau apa kamu To?” tanyanya dengan gugup bercampur kaget.
“Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante”. Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia meronta-ronta, tetapi karena postur tubuhku lebih besar (tinggiku 182 cm dan beratku 75 kg, sedangkan Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya.
“Lepasin Tante, Dito,” suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku. Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku.
Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).
Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang kewanitaannya. “To, jangan To, aku Tantemu tolong lepasin To, ampun, Tante minta ampun”. Aku sudah tidak peduli lagi rengekannya. Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.
“Auuhhh, sakit To, aduh.. Tante minta ampun… tolong To jangan.. lepasin Tante To..” Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam, “Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah masuk ke dalam, saya akan berusaha membuat Tante menikmatinya, tolong Tante sekali ini saja, biarkan saya menyelesaikannya,” bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa.
Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, dan Tante Sis sudah tidak meronta lagi. Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar. Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, “Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar Dito yang menyayangi Tante.” Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.
Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat (mungkin dia sudah orgasme), dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya. Setelah pemerkosaan itu kami hanya diam saja. Tidak berkata apa, hanya diam. Aku sendiri harus ngapain. Tanteku kembali menitikkan air matanya. Dan aku pamit kepadanya, untuk keluar kamarnya, aku terus merenung, mengapa bisa begini.
Itulah kisahku. Sejak kejadian itu hubunganku dengan tanteku menjadi renggang. Aku bingung dengan apa yang harus kulakukan. Sudah sebulan aku tidak lagi ke Bogor, karena ada perasaan malu. Tetapi Tante Sis tidak menceritakan kepada siapapun kejadian ini, dan kadang jika malam aku tidur, selalu terbayang kejadian waktu itu. Ingin rasanya aku melakukan kembali tetapi aku takut. Maaf aku tidak menceritakannya secara vulgar, karena ini terjadi begitu saja.
Rabu, 15 Desember 2010
aku pemuas tante girang
Kehidupan di Ibukota memang lengkap. Sarana pendidikan, olahraga, sampai hiburan, lengkap tersaji. Jika Moammar Emka, menulis dalam Jakarta Under Cover tentang kehidupan malam Jakarta beserta komunitas penghuninya yang menjijikkan, maka akulah salah satu anggota komunitas itu.
Awal dari petualanganku di dunia gelap ibukota berawal saat aku meninggalkan kalimantan dan pindah ke Jakarta di pertengahan tahun 1995. Ayahku yang seorang pejabat teras pemerintah daerah kala itu mendukung niatku yang ingin menikmati pendidikan lebih layak di Jakarta. Biaya hidup dan pendidikanku, tempat tingal yang mewah, Mercy A-Class, semuanya dipenuhi oleh ayahku dengan harapan kelak aku akan menjadi putra daerah yang sukses.
Setelah tiba di Jawa, aku sengaja tidak mengikuti UMPTN untuk menghindari masuk Perguruan Tinggi Negeri. Keinginan untuk menikmati glamornya kehidupan remaja ibukota sepenuhnya, telah mendorongku untuk masuk ke sebuah universitas swasta ternama di Jakarta. Dan benar saja, dengan dukungan tampang dan harta yang lumayan, dalam waktu singkat aku bisa menikmati kehidupan glamor Jakarta. Wanita cantik dan seksi, tinggal aku pilih. Klub-klub malam, diskotik, pub, caf?-caf? elegan di Jakarta menjadi rumah singgahku menghabiskan malam. Jika di Jakarta ada 1000 tempat mesum yang elegan dan bukan ecek-ecek, maka aku tahu 999 nya.
Dunia gelapku
Setelah lama berpetualang di dunia gelap, aku dan teman-teman tertantang untuk menikmati sisi lain dunia itu yang katanya bukan hanya nikmat, tapi juga membawa keuntungan yang lumayan. Pilihanku tidak lain adalah menjadi gigolo. Mungkin orang menganggap aktifitas yang aku lakukan itu untuk mengeruk materi. Benar juga, sih. Karena untuk praktek short time saja, aku membandrol diri minimal Rp. 250 ribu untuk sekali kencan. Tapi itu bukan alasan utamaku mengingat kucuran dana dari orangtuaku sudah sangat lebih dari cukup. Yaa, have fun dan cari pengalaman saja, pikirku saat itu.
Setiap malam, aku habiskan untuk melayani para tante girang. Bahkan, sempat salah seorang pelangganku rela menelpon di saat aku sedang kuliah hanya demi memuaskan nafsu bejatnya. Dari mereka pula aku mendengarkan berbagai macam kisah pilu yang mereka alami. Menikah di usia muda akibat salah pergaulan, menikah hanya karena godaan harta, bahkan ada juga yang sempat digagahi oleh ayah kandungnya sendiri. Di satu kesempatan, aku sempat melayani nafsu bejat seorang tante dan anak perempuannya dalam satu sesi kencan, na’udzu billahi min dz?lik.
Azab itu datang
Hampir satu tahun aku terlibat di dunia gigolo, aku sudah bisa membeli sebuah mobil, rumah mewah, dan banyak lagi. Namun itu semua harus dibayar mahal. Satu hari, aku mendapati tubuhku kejang-kejang, flu berat, dan badan ini seolah tak bernyawa lagi. Aku lemas, dan terkulai di atas tempat tidur.
Hampir dua bulan aku di atas tempat tidur, tidak ada kemajuan yang aku dapati. Atas saran seorang pembantuku, akhirnya aku dibawa ke rumah sakit. Pukulan terburuk dalam kehidupanku akhirnya datang. Aku mengidap HIV! Aku tak percaya!, Alat kontrasepsi yang selalu aku kenakan, dan sangat aku percaya dapat menahan serangan virus itu ternyata palsu. Muncul dalam benakku, aku ingin mengakhiri hidup ini.
Bayangan orangtua di kampung sana, masa depan yang aku impi-impikan, semuanya sirna sudah. Suatu malam, aku sempat ingin mengakhiri hidup dengan menyayat nadi pergelanganku. Tapi pembantuku keburu mengetahuinya. “Istighfar. Istighfarlah, baru kena penyakit begitu saja sudah ingin bunuh diri. Tenang Mas, tenang. Allah yang mengatur hidup-mati seseorang”, begitu katanya.
Sempat satu kali aku bersusah payah datang ke kampus. Namun, Semua teman dekat yang sangat aku percaya pergi menjauh dariku. Mereka mengejekku, “sampah, sampah, dan racun kehidupan”. Aku menangis, tak ada lagi orang yang mau mendekatiku. Aku mencari orang pintar yang mungkin dapat menyembuhkan penyakitku ini. Entahlah, sudah berapa banyak dukun yang aku temui. Tapi tetap saja, tidak ada kemajuan. Meskipun aku terus mencari solusi, tapi aku tetap tersudut. Aku pikir, tak lama lagi aku akan mati.
Hidayah yang datang dua kali
Berkat anjuran pembantuku, Pak Jamil, aku mulai mencoba memaksakan diri untuk sholat. Padahal, Al Fatihah saja aku sudah lupa. Pak Jamil mulai membimbingku, sedikit demi sedikit akhirnya aku bisa sholat. Bahkan akhirnya aku bisa menangisi diri ini yang sudah sangat jauh dari jalan-Nya.
Namun, aku mengenal Islam hanya baru sebatas ritual saja. Pandanganku terhadap dunia mistik, dukun, paranormal, dan kyai-kyai ‘pintar’ tetap tidak bisa hilang. Aku masih mencari seorang ahli yang bisa menyembuhkanku. Tapi tetap saja aku belum puas.
Di sebuah masjid di kawasan Depok, aku sempat membaca sebuah pamflet acara yang diadakan masjid tersebut. “ah.., kesempatan baik siapa tahu ustadz yang menjadi pembicara nanti bisa membantu”, begitu pikirku.
Akupun menghadirinya. Acara demi acara aku ikuti, tapi nggak ada yang nyangkut di kepalaku. Tiada Islam tanpa syari’at, Islam solusi kehidupan, “ah, apa pula itu? Kejauhan dan nggak nyambung dengan kebutuhanku..” Tapi demi mencari solusi bagi penyakitku, aku terus mengikuti acara itu sampai selesai. Dan alhamdulillah, di akhir acara aku berani juga mendekati dan menceritakan maksudku. Ustadz itu bisa mengerti, namun karena saatnya tidak tepat, aku tidak bisa bicara banyak. Kami pun akhirnya membuat janji untuk bertemu di suatu tempat dan meneruskan obrolan yang belum selesai.
Dari hasil obrolanku dengan ustadz tersebut, memang tidak ada solusi yang real bagi penyakitku. Tapi ada satu yang berbeda, dan itu mendasar dan selalu memancingku untuk terus berdiskusi dengannya. “Janganlah kamu dekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk..” ayat al-Qur’an itu selalu aku ingat dengan baik. Zina memang perbuatan yang kejam dan jalan yang buruk. Aku telah membuktikannya.
Dan kini, aku sudah tidak memikirkan lagi sisa umur yang aku miliki. Keinginanku untuk menikah pun telah aku kubur dalam-dalam. Yang aku pikirkan kini adalah bagaimana sisa usia yang aku miliki, dapat aku manfaatkan sebaik-baiknya.? Terus mengkaji Islam dan berbaris dalam barisan pemuda yang terus berupaya agar Islam kembali menjadi ideologi dunia dan menyatukan negeri Islam dalam naungan Khilafah Islam serta terus menyebarkan Islam dengan dakwah dan jihad. Semoga Allah mengampuni dosa-dosaku yang telah lalu
Janda muda beranak satu
dear all perkenalkan saya Tiwi saya janda muda beranak satu, umur saya 22 tahun dan baru saja bercerai dengan suami saya kerana saya sudah ga tahan sikap dan perlakuan suami saya yang suka keras kepada saya dan menganggap saya seperti pembantu gitu dirumahnya, mantan suami saya sangat kasar sehingga saya memutuskan untuk hidup sendiri saja tanpa dia!ok saya akan jelaskan mengenai ciri pisik saya bentuk wajah imoet sehingga saya masih keliatan seperti anak ABG SMU, kulit putih langsat plus mulus dan memiliki ukuran payudara lumayan gede, senyum yang mengoda dan bentuk bokong yang sesuai dengan bentuk body saya trus rambut panjang terhurai walaupun disaat2 tertentu saya mengunakan jilbab untuk menutupi rambut saya!
tante tiwi yaitu Janda muda beranak satu ini sangat butuh kasih sayang dari seorang sosok suami yang diidam idamkannya, seiring waktu berjalan nantinya sang anak pasti akan membutuhkan sosok seorang ayah! ada yang berminat mengawini janda muda beranak satu ini?? kasian banget janda muda ini dia harus nyari kerja sendiri untuk membiayai anaknya yang masih berumur 2 tahun ini, dia bekerja sambil mengendong anaknya kemana-mana! si janda ini sekarang sangat membutuhkan uang dan dia sedang jablay lho adakah dari kalian pengunjung blog tantejanda.com ini nantinya yang bersedia menjadi ayah dari anak tersebut sekaligus menjadi istri dari janda muda cantik nan seksi itu, segera daptarkan diri anda dibawah ini cantumkan nama dan alamat email yang bisa dihubbunggi oleh janda diatas!
janda tiwi sangat butuh belaian dan kasih sayang sebab sudah lama menjadi jablay dia sangat membutuhkan sosok suami baik dan pengertian untuk menyanyanggi dia dan anaknya!ayoooo buruan cari cewek dapat bonus anak!hehehe janda dan anak tersebut sudah jadi 1 paket dan tidak bisa dibeli terpisah!hohoho…udah kaya jualan barang aja nich gw!seriusss nich cepetan comment dibawah ini bila kalian suka akan sosok janda tersebut!siapa cepat dia dapat!
arisan tante girang
Cerita panas tante girang ini awal mula tante girang ini hanya sorang yang baik dan dia selalu santun dan patuh terhadap suaminya,dan karena suaminya jarang pulang di rumah dan selalu sibuk rapat di luar, tante girang yang bernama (risma)ini pernah juga mempergoki suaminya bersama wanita lain memang sih wanita yang dibawah suaminya masih ABG cantik dan sexy. Ini membuat tante risma sangat terpukul atas berbuatan suaminya,dan membuat tante risma ingin sekali cerai tetapi tante risma kasihan terhadap kedua anaknya yang masih umur 12 dan 10 tahun ini dan ini membuat kisah menjadi cerita panas tante girang.
Tante risma ini kurang di kasi perhatian sama suaminya, yang mana suaminya menjadi om-om mencari gadis ABG, tente risma tidak pernah lagi di belai bisa dikatakan jablai dan ini membuat tante risma sangat kesepian hingga suatu saat tante risma ini diajak teman-temanya untuk mengikuti arisan, sebenarnya tente risma ini tidak mau tetapi teman-temanya memaksa dan akhirnya tante risma mengikuti kemauan teman-temannya untuk mengikuti arisan.
Dan untuk pria striptis ini di datangkan dengan calo yang sudah terpecaya. Dan untuk bayaran utuk panggilan satu orang mendapatkan tiga juta, untuk tiap short time mereka.
Tante risma ini kurang di kasi perhatian sama suaminya, yang mana suaminya menjadi om-om mencari gadis ABG, tente risma tidak pernah lagi di belai bisa dikatakan jablai dan ini membuat tante risma sangat kesepian hingga suatu saat tante risma ini diajak teman-temanya untuk mengikuti arisan, sebenarnya tente risma ini tidak mau tetapi teman-temanya memaksa dan akhirnya tante risma mengikuti kemauan teman-temannya untuk mengikuti arisan.
Dan keesokan hari tante risma di jemput temanya untuk mengikuti arisan dirumah ibu hartatik, dan hingga sampai di tempat rumah ibu hartatik ini sudah banyak sekali ibu-ibu berkumpul, dan untuk biaya arisan perbulan sekitar RP 10.000.000 ("ya maklumlah kaum elit")dan tiap 5 bulan akan menarik arisan tetapi dengan cara di undi atau kocok, dan sebelum di undi pasti ada pertunjukan yang sangat membuat ibu-ibu atau tante girang ini sangat bergairah dengan di datangkan striptis pria yang mana masih ABG dan jumlahnya 10 pria yang di datangkan, dan siapa yang akan mendatakan arisan ini nantik akan di layani dengan 10 striptis yang siap boking room di hotel yang di sediyakan dan yang dapat arisan ini akan mendapatkan service yang sangat memuaskan pastinya.
Dan untuk pria striptis ini di datangkan dengan calo yang sudah terpecaya. Dan untuk bayaran utuk panggilan satu orang mendapatkan tiga juta, untuk tiap short time mereka.
Mengenal Orientasi Seksual Remaja Puteri 18 Mei 2005 12:38
Setelah menerbitkan dan meluncurkan novel Sepasang Remaja Lesbian Di Persimpangan Jalan, saya menerima banyak pertanyaan apakah cerita itu diangkat dari kisah nyata atau hanya fiksi belaka.
Sebenarnya saya hampir lupa dari mana saya mulai terinspirasi, sampai seorang pembaca di Jakarta ingin menjadikan novel ini sebagai bahan skripsi, saya terpaksa mengingat-ingat kembali.
Memang selain terinspirasi oleh kehidupan nyata beberapa teman saya sangat terbantu dengan riset yang dilakukan Saudara Poedjiati Tan. Dari beliaulah saya mengetahui banyak tentang kehidupan remaja lesbi, sisi-sisi kejiwaan, perjuangan, dan lika-liku kehidupan mereka. Dan pengetahuan inilah yang memberi nafas kepada tokoh-tokoh lesbi di dalam novel saya itu. Hasil risetnya itu kini telah diterbitkan sebagai buku saku.
Berikut ini adalah komentar seperti dapat ditemukan di sampul belakang buku ini;Saya yakin buku ini akan memberikan sedikit ketenangan kepada orangtua yang anaknya ternyata lesbi, mungkin juga kepada para lesbi sendiri. Sudah tidak zamannya lagi orangtua maupun lesbi seperti burung onta membenamkan kepalanya di pasir tidak mau tahu keadaan sekitar. Dengan begitu sedikit makin baiklah kehidupan kemanusiaan kita. Semoga!
Dédé Oetomo, PhD
• Pendiri dan Anggota Dewan Pembina, Yayasan GAYa NUSANTARA
• Dosen Tetap Khusus, Program Pascasarjana, Universitas Surabaya
“Tidak mudah menghadapi kenyataan bahwa seseorang mengalami orientasi seksual yang berbeda dengan kebanyakan masyarakat. Deteksi dini orientasi seksual lesbian ini secara sederhana diuraikan penulis dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam. Buku ini juga memberi perspektif sikap yang perlu dikembangkan orangtua agar tidak terjebak pada konflik berkepanjangan bila menghadapi kenyataan bahwa anak yang dilahirkan memiliki orientasi seksual lesbian”Dra. Ratna Eliyawati, Msi Dosen & Praktisi Psikologi.
Orang tua manapun akan berharap anak-anak mereka menjadi orang yang paling baik menurut ukuran mereka sendiri dan juga ukuran masyarakat pada umumnya. Dapat dipastikan bahwa tidak ada orang tua yang akan berharap melahirkan anak dengan orientasi homoseksual. Jika anaknya laki-laki mereka ingin dia menjadi pria yang gagah, dan kelak menjadi penerus garis keturunan. Demikian pula halnya jika anaknya perempuan, mereka berharap dia menjadi wanita yang cantik-jelita luar dalam, dan kelak mendapatkan suami yang baik. Bagaimana dengan orang tua yang tidak seberuntung itu? Puterinya ternyata seorang lesbi? Apakah semua harapannya harus sirna? Tindakan apa yang harus mereka ambil jika dihadapkan pada situasi demikian? Dalam buku ini Poedjiati Tan mengajak kita memahami apa itu lesbian, dan bagaimana orang tua dapat bertindak secara bijaksana menghadapi anaknya yang lesbian.
“Tidak mudah menghadapi kenyataan bahwa seseorang mengalami orientasi seksual yang berbeda dengan kebanyakan masyarakat. Deteksi dini orientasi seksual lesbian ini secara sederhana diuraikan penulis dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam. Buku ini juga memberi perspektif sikap yang perlu dikembangkan orangtua agar tidak terjebak pada konflik berkepanjangan bila menghadapi kenyataan bahwa anak yang dilahirkan memiliki orientasi seksual lesbian”Dra. Ratna Eliyawati, Msi Dosen & Praktisi Psikologi.
Orang tua manapun akan berharap anak-anak mereka menjadi orang yang paling baik menurut ukuran mereka sendiri dan juga ukuran masyarakat pada umumnya. Dapat dipastikan bahwa tidak ada orang tua yang akan berharap melahirkan anak dengan orientasi homoseksual. Jika anaknya laki-laki mereka ingin dia menjadi pria yang gagah, dan kelak menjadi penerus garis keturunan. Demikian pula halnya jika anaknya perempuan, mereka berharap dia menjadi wanita yang cantik-jelita luar dalam, dan kelak mendapatkan suami yang baik. Bagaimana dengan orang tua yang tidak seberuntung itu? Puterinya ternyata seorang lesbi? Apakah semua harapannya harus sirna? Tindakan apa yang harus mereka ambil jika dihadapkan pada situasi demikian? Dalam buku ini Poedjiati Tan mengajak kita memahami apa itu lesbian, dan bagaimana orang tua dapat bertindak secara bijaksana menghadapi anaknya yang lesbian.
Ernest J. K Wen
Editor
Buku ini wajib dibaca karena tidak saja mengungkapkan dunia lesbian remaja secara menarik tapi juga berisi tip-tip yang bermanfaat buat para orangtua dan pendidik, contohnya saya kutip seperti berikut ini:
Sejauh ini kita sudah membahas banyak hal mengenai lesbian, mungkin sudah saatnya Anda mengetahui apa yang dapat diperbuat orang tua yang mempunyai anak perempuan berorientasi seksual lesbian demi masa depan dan kebahagiaan sang anak.
Dunia lesbi di kota Solo Cowok terasa hambar dan tak nyaman
SUNGGUH tidak mudah menelusuri kehidupan kaum lesbian di kota Solo. Bukan saja dunia mereka tertutup rapat bagi orang luar, tapi juga ada sebagian yang enggan kehidupannya diketahui orang luar. Meski demikian, Wawasan mendapatkan kesempatan berbincang dengan beberapa anggota komunitas lesbian, kendati namanya minta disamarkan. Perempuan muda berusia 23 tahunan ini bersandar di salah satu kursi sembari menceritakan dunia lesbian yang diterjuninya. Dia menceritakan seluk-beluk dunianya sembari sesekali menyedot rokok di jemarinya dalam-dalam. Hilda tak tahu mengapa di dalam jiwanya menyukai sesama jenis, itu bukan karena kecewa dengan cowok. Sejak kecil perasaan itu sudah hinggap di jiwanya dan berkembang hingga sekarang.
Dalam perjalanan waktu Hilda bertemu dengan Maya yang sudah lebih senior dalam hal pengalaman di dunia lesbian. Dari Maya dia mengenal beberapa istilah di kalangan lesbian. Dia memisalkan ”belok” (tidak lurus atau menyimpang) yang sama artinya dengan lesbian, lebay, maupun lesbong yang merupakan istilah bagi perempuan penyuka sesama perempuan.
Menurut Hilda di dunia belok, selain butchy juga ada femme dan andro. ”Kalau femme itu ceweknya, dan andro itu di antara butchy dan femme, jadi dia bisa jadi butchy dan bisa juga jadi femme tergantung orientasinya aja saat berhubungan intim,” cerita mahasiswi di satu perguruan tinggi swasta di Solo ini.
Dia juga ngomong, biasanya penampilan butchy itu lebih mudah ditebak bahwa dia adalah seorang lesbian. Sebab, butchy biasanya tampil macho alias jantan dan tomboy.
Menurut Hilda di dunia belok, selain butchy juga ada femme dan andro. ”Kalau femme itu ceweknya, dan andro itu di antara butchy dan femme, jadi dia bisa jadi butchy dan bisa juga jadi femme tergantung orientasinya aja saat berhubungan intim,” cerita mahasiswi di satu perguruan tinggi swasta di Solo ini.
Dia juga ngomong, biasanya penampilan butchy itu lebih mudah ditebak bahwa dia adalah seorang lesbian. Sebab, butchy biasanya tampil macho alias jantan dan tomboy.
Butchi yang femmeLihat saja Ega, rambutnya pendek, mengenakan celana jeans, kaos oblong dan tanpa make-up sedikit pun di wajahnya plus sebatang rokok yang tak tinggal di jarinya. ”Ah, penampilanku sebenarnya sudah agak berubah dari yang dulu. Kalau dulu aku memang butchy abis. Sekarang agak terlihat femme-lah sedikit. Meski orientasinya tetap butchy,” kata dia sembari melempar senyum genit.
Menurut dia untuk cewek lesbian yang eksklusif, biasanya butchy-nya itu ber-casing (penampilan) femme.
”Banyak di Solo ini yang dia butchy tapi karena tuntutan profesi dan pekerjaannya dia itu wajib berpenampilan femme. Jadi butchy ber-casing femme-lah. Tapi orientasi seksnya tetap saja butchy,” terang Hilda.
Di kota ini komunitas lesbian ini pun menurutnya terbagi dua kelas. Ada lesbian ekslusif dan ada lesbian kereak (urakan). ”Kalau lesbian eksklusif, jarang mereka kumpul-kumpul di kafe-kafe dan warkop, tapi kalau lesbian kereak dunia mereka itu di Kafe Teladan dan Warkop Harapan, kalau pacaran terlihat terang-terangan terus kalau malam dugem-lah," jelas Hilda yang lahir dari keluarga baik-baik.
Menurut dia untuk cewek lesbian yang eksklusif, biasanya butchy-nya itu ber-casing (penampilan) femme.
”Banyak di Solo ini yang dia butchy tapi karena tuntutan profesi dan pekerjaannya dia itu wajib berpenampilan femme. Jadi butchy ber-casing femme-lah. Tapi orientasi seksnya tetap saja butchy,” terang Hilda.
Di kota ini komunitas lesbian ini pun menurutnya terbagi dua kelas. Ada lesbian ekslusif dan ada lesbian kereak (urakan). ”Kalau lesbian eksklusif, jarang mereka kumpul-kumpul di kafe-kafe dan warkop, tapi kalau lesbian kereak dunia mereka itu di Kafe Teladan dan Warkop Harapan, kalau pacaran terlihat terang-terangan terus kalau malam dugem-lah," jelas Hilda yang lahir dari keluarga baik-baik.
Hilda sendiri mengaku jarang kumpul-kumpul dengan komunitas lesbian. "Aku jarang ngumpul. Malas aja, karena sibuk kuliah, lagian kalau gabung dengan lesbian kereak sering gak nyambung. Mereka suka mengejekku sok intelek. Jadi paling, kumpul dengan beberapa kawan-kawan lesbian aja yang enak diajak ngobrol," ungkap dia sembari menyilangkan kakinya yang panjang. Dia juga menunjukkan beberapa orang butchy yang terdapat di warung kopi itu. "Lihat tuh, mereka nggak punya kerja, tapi banyak yang tinggal bersama dengan femme maupun andro-nya. Mereka hidup di indekosan. Parahnya, karena gak ada kerjaan, mereka ada juga loh yang sama-sama jual diri. Butchy-nya jual diri, ceweknya (femme atau andro)-nya juga jual diri dengan lelaki hidung belang. Itulah kehidupan mereka," ungkap dia.
Beda jauh dengan lesbian eksklusif. Biasanya, kalau lesbian eksklusif itu punya kerjaan, punya profesi sehingga tidak banyak waktu untuk kumpul-kumpul. Paling kalau mau lagi hang out mereka itu memilih ke mal-mal, ke night club ternama maupun berkaraoke. Dan biasanya setahun sekali mereka gelar gathering. "Aku pernah diajak gathering tapi enggak pernah mau ikut. Selain malas ngumpul, kekasihku juga nggak di sini. Kan basi nggak bawa kekasih ke acara gathering," ujar Hilda yang mengaku pernah pacaran sama cewek kurang lebih 31 orang ini. Dia sendiri, saat ini mengaku memiliki kekasih (partner) bernama Cindy yang tinggal di luar kota.
Ketika ditanya awalnya menjadi lesbian. Dia menyebutkan titik balik kehidupannya berawal setelah tamat SMA. Ketika itu seorang teman cewek tiba-tiba saja menciumnya. "Rasanya beda gitu. Setelah itu aku jadi belok hingga sekarang," kata wanita ini. Begitupun, Hilda menyatakan kalau bakat menjadi lesbian itu sudah ada sejak dirinya masih kecil. "Dari TK aku memang suka melihat guru cewek yang cantik, jadi memang dari kecil aku udah suka ama cewek," cerita dia.
Begitu pun Hilda mengaku pernah pacaran dengan cowok. "Dikenalin orang tua. Tapi rasanya hambar dan aku gak nyaman aja bersamanya. Sebab, yang mengerti perempuan itu kan perempuan sendiri," ujar Hilda lagi-lagi sambil tersenyum.
Ketika disinggung, sulit tidak mencari pasangan lesbian. Ega malah mengatakan hal itu sangat gampang. "Cewek lesbian itu sama-sama punya insting. Jagi gampang kok. Pun begitu ada juga cewek straight (normal) yang aku ajak jadi belok," kata dia dengan tawa yang berderai. Reko Suroko-pu
Langganan:
Postingan (Atom)